Skip to main content

Menumbuhkan Sikap Saling Menghargai

Beberapa hari yang lalu saat saya sedang berbelanja di salah satu minimarket yang cukup terkenal di Indonesia, saya menemukan sebuah hal yang menarik menurut saya. Seperti biasa begitu saya membuka pintu salah seorang pegawai menyapa saya dengan ramah. Dan setelah mendapatkan apa yang saya inginkan saya bergegas ke kasir. Si kasir adalah seorang wanita muda.

 Di mejanya tergeeatak banyak barang berupa jajanan. Ia sedang melayani seorang pria. Saya pikir barang-barang yang tergeletak itu bukan barang si pria. Dan dugaan saya benar ketika dua orang wanita muda berpenampilan glamour sedang berlari-lari membawa dua bungkus es krim dan meletakkannya diatas meja kasir, saya pikir jajanan yang sedari tadi diatas meja adalah miliknya.
Setelah barang si pria selesai dihitung dia pun beranjak pergi. Saya sedang mengatri dibelakangnya. Dan saya melihat di wanita muda glamour itu mendahului saya. Dia marah-marah pada si kasir karena mendahulukan si pria, bukannya menghitung belanjaannya terlebih dahulu. Dia bilang “INI LOH, dari tadi pun bukannya dihitung, orang lain didulukan,” dengan nada ketus. Saya kira si kasir sudah melakukan hal yan benar dengan mendahulukan si pria, karena si wanita muda itu masih sibuk memilih-milih es krim saat itu. Dari pada buang-buang waktu.
Si kasir diam saja, karena tidak mau ambil resiko atau tidak mau membuat masalah menjadi runyam. Lagi pula sebagai kasir agaknya dia paham kondisinya. Kita lanjutkan, sedang menghitung barang belanjaan si wanita glamour tiba-tiba saja si wanita mengambil satu plastik es krimnya dan memakannya dan meletakkan plastik es tersebut keatas meja. Saya melihat wajah jengkel dari sang kasir. Rautnya menunjukkan kejengkelan yang menurut saya karena merasa tidak dihargai. Jika saya jadi dia saya juga akan berpikir seperti itu. Lagi-lagi ia hanya diam, begitulah takdirnya
Setelah semua dihitung si kasir memasukkan plastik es tadi ke dalam plastik bersama dengan barang belanja si wanita glamour. Si wanita glamour tidak terima dan mengambil kembali plastik bekas es dan membantingnya di atas meja kasir. Dan pergi begitu saja. Tidak sopan sekali saya kira, dan lagi-lagi si kasir hanya diam. Namun kejengkelan makin terlihat jelas di wajahnya. Saya anggap itu sebagai bentuk rasa tidak saling menghargai satu sama lain. Meskipun si wanita punya uang dalam hal ini derajat yang lebih tinggi dari si kasir, saya rasa taklah pantas ia memperlakukannya seperti itu.
Allah tidak memandang orang dari uangnya dalam hal ini derajatnya. Namun Allah memandang dari iman seseorang. Dan lagi uang bukan berarti derajat bagiNya, orang yang derajatnya tinggi adalah orang yang berilmu. Ini jelas dalam Al-Qur’an.

Popular posts from this blog

Apa yang Dihasilkan Politik Kampus?

Bicara soal politik, rasanya ta k sedikit orang yang ingin terjun. Entah apa sebabnya, namun hal ini sudah menjadi rahasia umum. Meskipun persentase kemenangan kecil, tetap saja banyak calon legislatif yang rela mengeluarkan sedikit uang untuk kampanye. Tak hanya masyarakat, mahasiswa pun tak mau kalah dalam hal berpolitik. Politik masuk ke Universitas-Universitas. Spanduk bertebaran di gedung-gedung, mengajak masyarakat kampus untuk memilih dan mencoblos tuannya. Mahasiswa yang menilai dirinya sebagai aktifis cenderung terjun kedalam politik kampus. Dan berbondong-bondong mendirikan serta menjalankan partai politik mereka sendiri. Alasan yang dikemukakan tentunya alasan yang sama seperti yang kita dengar dari politikus-politikus handal di televisi. "Memperjuangkan aspirasi rakyat (dalam hal ini mahasiswa) ". 

Tak Ada Lagi Topi Kerucut dan Kalung Petai

Oleh: Nur Akmal IKUTI MPLS: Peserta didik baru SMK Negeri 1 Medan mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7). Seluruh peserta didik baru tak lagi memakai atribut berbau perploncoan sesuai arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaa (Foto : Nur Akmal) Hujan  sejak subuh masih menyisakan awan gelap dan udara yang dingin, namun tak menggoyahkan semangat siswa-siswa baru untuk hadir pada hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7). Pakaian mereka putih bersih, rapi dan tampak masih baru. Mereka berbaris rapi menantikan satu persatu aktivitas Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang tahun ini dikendalikan sepenuhnya oleh guru. "Selamat datang di SMK Negeri 1 Medan, dalam sesi ini kita akan membahas budaya dan tata terbit sekolah," demikian SJ Simamora, Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat dan Industri menyapa para peserta didik baru di lapangan SMK Negeri 1 Medan yang diberi tenda agar siswa tak terkena hujan.

Pagar Api dan Berita Titipan Media Massa

Jika dulu sering kita lihat dalam suatu scene sebuah film yang menampilkan gambar blur pada suatu merek dagang yang tanpa sengaja tertangkap kamera. Kini agaknya tak banyak lagi kita temui, malah secara terang-terangan pelbagai merek dagang terpampang jelas di hampir setiap scene film, bahkan merambah pada media massa seperti suratkabat. Iklan memang dibolehkan, tapi pagar api perlu diperhatikan.