Atheisme
ada 6 jenis, diantaranya Atheisme optimism, Atheisme materialism, atheisme psikololgi, atheisme marxisme, atheisme eksistensialime, dan
atheism neo positivism.
Atheisme
optimism yang dianut oleh
Neitzsche, seorang pemikir asal jerman yang beranggapan bahwa tuhan telah mati
disebabkan kemampuan manusia dalam menyelesaikan semua masalah mereka dengan
ilmu pengetahuan.
Atheisme
yang paling kuno adalah athieisme materialism, ini adalah jenis atheism yang
paling tua. Sudah ada sejak kuno dulu. Dan pernah berkembang pada zaman nabi
Muhammad ketika ditutus oleh Allah.
Menurut
orang-orang Atheisme
materialism, wujud segala sesuatu didasarkan pada materi. Materi adalah segala
sesuatu yang disa ditangkap oleh
indera manusia. Bisa diketahui adanya dengan diraba, dipegang, disentuh,
ditangkap, dilihat, dan seterusnya. Kursi itu ada karena manusia bisa
menyentuhnya, bisa merabanya. Udara itu ada karena manusia bisa menghirupnya
dan dirasakan gerakannya, semilirnya, hembusannya. Cahaya itu ada karena bisa
dilihat. Garam dalam kuah bakso itu ada karena bisa dirasa oleh lidah.
Menurut
mereka, para penganut atheism materialism ini, hakikat alam adalah materi atau
benda, jiwa dan pikiran juga materi, hanya sangat halus, berbeda dengan materi
lainnya. Dan menurut mereka segala yang bukan materi itu tidak ada. Tuhan bukan
materi, tuhan tuhan bukan benda, jadi tuhan tidak ada. Karena wujud tuhan tidak
dapat dilihat, disentuh, diraba dan dirasa oleh manusia.
Orang-orang
yang berpikiran seperti itu sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad berdakwah di Mekkah,
Al-Qur’an dalam surah Al-Jaatsiyah ayat
24 menjelaskan. Bahwa di Makkah, ada sekelompok orang yang tidak percaya adanya
tuhan dan hari kiamat. Mereka mengatakan “Kehidupan
ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan
tidak ada yang membinasakan kita selain masa!”
Perkataan
mereka adalah pengingkaran terhadap kehidupan hari kemudian, hari dimana
manusia dibangkitkan dari kematian. Kenapa mereka tidak percaya? Karena itu
tadi, mereka berlandaskan pada materi yang bisa dilihat, diraba, dan diindera.
Menurut mereka alam itu ya alam dunia yang pada hakekatnya adalah materi. Di
dunia ini lah yang terjadi, kehidupan dan kematian, tidak ada alam selain dunia
ini.
Kematian
dan kehidupan menurut mereka terjadi begitu saja sesuai hokum alam, menurut
mereka, mereka mati begitu saja, yang mematikan adalah masa atau waktu. Mereka
mengatakan ‘tidak ada yang mematikan kita
selain masa!’ ini berarti mereka secara terang-terangan tidak mengakui
adanya tuhan yang berkuasa menghidupkan dan mematikan .
Itulah
atheism materialism. paham atheism yang paling tua. Paham ini mencuat kembali
pada abad ke-17 dan ke -19. Diantara tokohnya yang terkenal adalah Karl Vogt,
Huxely, Lamettra. Vogt pernah berkata, otak lah yang melahirkan kehidupan ini.
Otak melahirkan pikiran sebagaimana ginjal melahitkan air seni. maksudnya,
tidak ada wujud selain dari pada materi. Tuhan bukan materi, kata Vogt, jadi ia
tidak ada.
Yang
kedua adalah Atheisme Psikologi, ini agak aneh, psikologi semestinya menguatkan
keimanan seseorang akan keberadaan tuhan. Karena psikologi adalah penjelajahan
perasaan, batin dan jiwa manusia. Semakin kenal manusia dengan dirinya semestinya ia semakin dekat
dengan tuhannya. Pepatah arab mengatakan, ‘Man ‘Arofa nafsahu ‘arofa Rabbahu’
artinya, siapa yang mengenal dirinya pasti mengenal tuhannya. Namun ternyata
ada beberapa ahli psikologi sesat yang menggunakan alasan psikologi sebagai
dalil mengingkari adanya tuhan.
Misalnya
Sigmund Freud dan Ludwig Van Feuerbach, kita tahu keduanya ahli psikologi
jerman abad ke-19. Mereka berdua mengingkari Tuhan dengan alasan psikologi.
Menurut mereka bertuhan adalah jiwa kekanak-kanakan yang dibawa hingga dewasa.
Menurut Freud, saat kecil manusia lemah. Ia mengalami banyak kekurangan untuk
memenuhi kebutuhannya. Meja begitu tinggi bagi seorang bocah, ia tidak bisa
menggapai benda diatasnya. Ia melihat ayahnya bisa melakukan apa saja, begitu
mudah. Ia kagum pada ayahnya ia melihat ayahnya sebagai mahakuasa. Ia menjadi
sangat memerlukan ayahnya, ketika anak itu sudah dewasa ia menciptakan tuhan
dalam benaknya. Tuhan yang ia sebut dalam doanya memenuhi keinginannya. Persis
sewaktu kecil dulu saat meminta ayahnya. Jadi tuhan, menurut Freud, hanya
rekayasa manusia saja untuk dijadikan tumpuan atas segala keinginannya. Freud
mengingkari adanya tuhan dengan alasan seperti itu. Agama menurut Freud adalah
cerminan keinginan manusia.
Jenis
atheism yang ketiga adalah atheism marxisme. Ini adalah jenis atheism paling
popular di abad modern. Di Rusia, Atheisme sejenis ini pernah menjadi ideologi
Negara. Pencetus Atheisme ini adalah Karl Marx. Diteruskan oleh Lenin, dan
dikukuhkan oleh Stalin , dan dilestarikan oleh para pengikutnya. Marxisme
inilah yang melahirkan komunisme. Dan pernah berkembang dengan kecepatan yang
luar bisa, sampai-sampai hampir sepertiga penduduk dunia memeluknya. Di
Indonesia ideologi marxisme pernah hidup dan berkembang pesat. ideologi itulah
yang menjadi jiwa partai komunis Indonesia atau PKI yang hampir meruntuhkan
Republik Indonesia dengan pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965.
Karl
Marx membangun ideologinya yang mengingkari tuhan dengan menggabungkan atheism
materialism dan athieisme psikologi. Ia terang-terangan memusuhi tuhan dan
memusuhi agama, ia mengatakan agama adalah candu masyarakat. Ia menyerukan
untuk memberantas agama. Karena ia memandang agama adalah khayalan manusia yang
gagal membangun surga di dunia, lalu ingin membangun surga di akhirat. Surga di
akhirat hanya khayalan belaka, agama merusak pikiran manusia. Begitu menurut
dia. Sebaliknya marxisme yang dia bawa mengajak manusia mendirikan surga di
dunia. Dunia adalah segalanya. manusia harus membangun surga di dunia.
Begitulah inti pemikiran Karl Marx.
Sekarang
mari kita lihat kelemahan dari masing-masing jenis atheism yang dijelaskan di
atas. Kita mulai dengan materialism. Mereka meniadakan tuhan dengan alasan
tuhan bukan materi. Tuhan tidak ada Karena tidak bisa ditangkap oleh panca
indera. Alasan para penganut faham itu sangat lemah pada kenyataannya manusia
mengakui adanya sesuatu yang bukan materi. Misalnya hukum. Hukum itu non
materi. Diakui semua manusia termasuk para pengikut materialism. Contoh lain
adalah ide, siapa yang bisa mengindera ide? Ide diakui ada begitu saja dalam
pikiran manusia. Tapi ide itu ada. Juga spirit, spirit ada begitu saja, masuk
dalam jiwa manusia. Sama seperti ide, spirit tidak bisa dilihat. Tapi spirit
itu ada, tidak ada yang mengingkarinya.
Contoh
lainya lagi waktu. Siapa yang bisa melihat waktu? Waktu bukan benda. Bukan
materi, tidak bisa ditangkap indera manusia. Dengan kamera secanggih apa pun,
manusia tidak bisa menangkap waktu, bentuknya seperti apa? Sebab waktu memang
bukan benda, bukan materi. Tapi waktu itu ada, tak ada yang menyangkalnya. Otak
manusia meyakini begitu saja waktu itu ada. Jadi banyak sekali hal yang non
materi yang di akui oleh manusia. Lalu kenapa mereka mengingkari tuhannya? Jadi
alasan mereka mengingkari adanya tuhan itu sangat lemah. Tuhan itu ada
sebagaimana waktu ada, bahkan tuhanlah yang menciptakan waktu dan segala yang
ada.
Kalau
atheism psikologi yang dibawa Freud dan temannya, juga lemah dari segala sisi.
Dari awal sampai akhir dasar falsahfah mereka lemah. Kita Tanya pada anak-anak
kecil di sekitar kita tentang tuhan, mereka akan menjawab tuhan itu ada. Jadi
pengalaman psikologi seperti yang digambarkan Freud sangat jauh dari kebenaran.
Freud menggambarkan ketika orang sudah dewasa dia menciptakan tuhan dalam
benaknya. Yaitu tuhan yagn dia sebut dalam doanya untuk memenuhi
keinginan-keinginannya. Persis waktu ia minta tolong ayahnya. Ini sungguh
gambaran yang sangat lucu sekali. Bagaimana dengan orang yang sejak kecil telah
mengenal tuhan? Atau bagaimana dengan anak yatim piatu yang tidak punya bapak
dan ibu? Hidup sebatang kara sejak kecil, namun ketika dewasa mengakui keberadaan
tuhan? Apakah tuhan yang diakuinya terlahir dalam benaknya sekadar untuk
memenuhi keinginannya, persis waktu kecil dulu saat minta tolong pada ayahnya.
Bagaimana ia punya pengalaman minta tolong pada ayahnya padahal ia tidak punya
ayah??
Freud
dan Feuerbach sama-sama menyakini bahwa agama tak lain hanyalah cerminan
keingingan manusia. Karenanya agama juga khayalan otak manusia belaka.
Pertanyaannya benarkah agama itu merupakan keinginan-keinginan? Kodrat manusia
menghendaki terpenuhi secara baik jasmani dan rohaninya. Nafsu seks manusia
menghendaki pemenuhan dengan wanita mana saja tanpa batasan atau larangan.
Demikian pula nafsu perutnya.. tetapi agama melarang pemenuhan demikian.
Manusia wajib memenuhi perut dan seksnya dengan beberapa aturan. Manusia wajib
menjaga dorongan seksnya, manusia tidak boleh melampiaskan keinginan seksnya
kecuali pada pasangannya yang sah. Manusia tidak boleh mengisi perutnya kecuali
dengan yang halal. Manusia harus mengerjakan shalat, puasa, membayar zakat,
sedekah, dan itu bukan suatu keinginan. Tapi kewajiban dan tuntutan yang
diajarkan agama.
Jika
manusia merupakan keinginan, mengapa banyak rasul yang membawa agama itu justru
menderita, disingkirkan, diteror, bahkan ada yang dibunuh. Jika agama merupakan
keinginan seharusnya semua rasul diterima dengan suka cita oleh kaumnya.
Kenyataannya adalah sebaliknya. Jadi tidak benar agama adalah
keinginan-keinginan. Dan tidak benar anggapan tuhan hanya rekaan benak manusia.
Tuhan memang benar-benar ada dan agama yang benar seperti islam adalah agama
yang diwahyukan oleh Allah bukan cermin keinginan-keinginan manusia.
Sedangkan
Marx mendasarkan falsafahnya pada meterialisme dan pemikiran Freuerbach, satu
persatu sudah kita runtuhkan di depan. Kita tinggal melihat alas an
kebenciannya pada agama. Marx mengatakan agama adalah candu yang meninabobokan
manusia kepada kehidupan khayali. Pernyataan itu tidak berlaku untuk semua
agama, terutama islam. Islam itu tidak hanya membangun kebahagian di akhirat,
tetapi juga di dunia. Bahkan dunia dijadikan lading untuk kebahagiaan akhirat.
Rasul
Islam yaitu Muhammad Saw. Menyeru kepada umatnya untuk bekerja keras membangun
kejayaan duniawi sebagaimana menyeru umatnya untuk beribadah sebaik-baiknya
untuk membangun surga ukhrawi. Islam sendiri dengan terang dan tegas
memerintahkan pemeluknya untuk bekerja
untuk dunia seakan-akan mereka hidup selamanya, dan beribadah untuk
akhirat seolah-olah mereka akan mati besok pagi.
Dalam
hadis lain rasul memberitahukan, sesorang yang bekerja untuk anaknya, maka
pahalanya sama dengan berjuang di jalan Allah. Beliau juga menerangkan , harta
yang diinfakkan untuk jihad fisabillah, harta yang digunakan untuk memerdekakan
budak, untuk dibagikan pada fakir miskin dan yang dibelajakan untuk keluarga.
Betapa islam mengajak manusia mencapai kebahagiaan dunia.
Tulisan ini diambil sebagian besar dari novel "Bumi Cinta" karya Habbiburrahman El Shirazy
Tulisan ini diambil sebagian besar dari novel "Bumi Cinta" karya Habbiburrahman El Shirazy