Skip to main content

Agar Air Mengalir, Bukan Menetes


Air menjadi kebutuhan Primer setiap makhluk hidup, tanpanya tidak ada yang mampu bertahan di bumi ini. Semua orang menggunakaan air untuk minum, mandi, mencuci dan keperluan lainnya. Namun ketika air sudah menetes, tak lagi bisa digunakan dengan leluasa maka seluruh aktifitas pun akan tersendat.

Berbicara soal air, di kota Medan ini khususnya, permasalah tentang air sudah menjadi perbincangan sejak lama. Banyak warga yang mengeluhkan tentang air. Baik itu air sungai yang semakin hari semakin tercemar dan kotor saja, ataupun air yang mengalir melalui pipa-pipa yang kemudian turun melalui keran di kamar mandi kita.


Adalah PDAM Tirtanadi, yang memiliki fungsi dan peran dalam menyalurkan air ke setiap rumah para pelanggannya, warga kota Medan. Hingga kini, PDAM Tirtanadi menyuplai sebanyak 5 ribu liter air per detik untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya sebanyak 72 persen dari jumlah penduduk kota saat Medan ini.

Kita patut mengapresiasi niat baik dari PDAM Tirtanadi dalam upayanya untuk menyalurkan air bersih kepada 100 persen penduduk kota Medan. Ini ditargetkan akan terlaksana pada tahun 2020, sedangkan untuk jangka pendek, perusahaan ini menargetkan untuk meningkatkannya menjadi 80 persen pada tahun 2015. (melansir berita Analisa, 1 September 2012).

Namun hendaknya niat baik untuk melayani 100 persen penduduk kota Medan ini tidak hanya sebatas menjadikan mereka “pelanggan” semata. Melainkan juga memberikan pelayanan dengan sepenuh hati. Maksud saya, PDAM Tirtanadi jangan hanya menargetkan 100 persen penduduk kota Medan menjadi pelanggan air bersih PDAM Tirtanadi, bukan memberikan masyarakan “kemerdekaan” terhadap air bersih itu sendiri.

Gampangnya begini, mungkin 100 persen penduduk kota Medan sudah menjadi pelanggan PDAM Tirtanadi, namun masih banyak warga yang mengalami kemacetan dalam ihwal penyaluran air ke rumahnya, atau hanya hidup pada jam-jam tertentu saja, lebih parah jika tiba-tiba air menjadi kotor, kekuningan dan bau, itu sama saja.

Sedikit pengalaman yang  penulis alami, sebagai mahasiswa yang tinggal di rumah kos, ketika pagi hari sudah tentu seluruh penghuni kos yang merupakan mahasiswa dan pekerja sibuk untuk memulai aktifitasnya di pagi hari. Air yang mengalir, akan hidup dengan deras hanya ketika malam hingga subuh. Karena itu, keran biasanya tidak pernah mati saat jam “hidup”.

Sampailah pada pagi hari semua orang terkejut, kaget ketika air dalam bak mandi keruh, coklat bahkan kehitaman, alhasil pada hari itu banyak mahasiswa yang tidak kuliah, karena enggan menggunakan airnya. Hanya beberapa orang saja yang tetap mandi dalam kondisi air seperti itu. Dan ini tidak terjadi sekali, walaupun tidak sering juga.

Yang paling sering adalah ketika terlambat dalam adu cepat bangun pagi, barang siapa yang terlambat bangun pagi dan antre menggunakan kamar mandi, alamat ia harus terlambat kuliah. Karena air akan mati pada pukul 7 sampai 9 pagi dan akan hidup kembali sekitar pukul 5 sore.

Jika sudah begini, kami harus menampung air di keran yang posisinya tidak tinggi, atau tidak jauh dari tanah. Saya juga tidak begitu paham kenapa bisa demikian, namun yang jelas hanya ada satu keran air—yaitu yang paling dekat dengan tanah tadi—yang airnya jarang mati meski jika yang lain mati, air yang keluar pun akan mengecil. Menetes.

Lain rumah, lain pula rumputnya, tiap tempat barang kali berbeda-beda jadwal airnya. Di beberapa tempat ada pula yang airnya hanya hidup di pagi hari, atau di malam hari. Menurut Kepala Divisi Humas PDAM Tirtanadi, Ir Amrun, hal ini disebabkan karena pemakaian air yang serentak, hingga aliran air bisa tersedot habis dengan cepat.

Harapan Atas Target Program

Kita mungkin sudah mengetahui perihal target program yang akan dilakukan oleh PDAM Tirtanadi untuk melayani 100 persen masyarakat, dan menyediakan dua unit Water Treatment Plan (WTP) yang masing-masing berkapasitas 2000 liter air/detik dan 700 liter air/detik. Saat ini Sumut baru memiliki 5 unit WTP, yakni di daerah Sunggal, Deli Tua, Hamparan Perak dan Limau Manis.

Kita juga tentu berharap banyak akan bantuan penyertaan modal dari pemprovsu sebesar Rp. 176 miliar yang diberikan kepada PDAM Tirtanadi, digunakan dengan sebaik-baiknya, jangan kemudian ada pemberitaan di media massa soal penyelewengan dana. Hingga niat baik PDAM Tirtanadi dapat benar-benar terealisasi.

Masyarakat juga perlu membenahi diri dalam penggunaan air, bijaklah dalam menggunakan Sumber daya Alam yang satu ini. Sebab air memang kebutuhan yang sangat dasar dan sangat dibutuhkan manusia. Tentu kita masih ingat dengan pemberitaaan media massa beberapa waktu lalu tentang rentannya negara ini bahkan dunia ini akan kekurangan air di masa mendatang. Air bersih maksudnya.

Meskipun 2/3 dunia ini isinya air, namun tidak semua air dapat kita gunakan untuk keperluan sehari-hari. Belum lagi banyaknya sumber air yang tercemar dan tidak dapat digunakan lagi. Kita patut pula menjaga kelestarian sumber air, seperti sungai dengan merawatnya dari sampah dan limbah-limbah rumah tangga dan industri yang kita hasilkan. Agar kita tidak terancam krisis air, semoga saja air terus mengalir ke rumah kita.

Penulis Adalah Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMSU
Dimuat di harian Mimbar Umum, Medan


Popular posts from this blog

Apa yang Dihasilkan Politik Kampus?

Bicara soal politik, rasanya ta k sedikit orang yang ingin terjun. Entah apa sebabnya, namun hal ini sudah menjadi rahasia umum. Meskipun persentase kemenangan kecil, tetap saja banyak calon legislatif yang rela mengeluarkan sedikit uang untuk kampanye. Tak hanya masyarakat, mahasiswa pun tak mau kalah dalam hal berpolitik. Politik masuk ke Universitas-Universitas. Spanduk bertebaran di gedung-gedung, mengajak masyarakat kampus untuk memilih dan mencoblos tuannya. Mahasiswa yang menilai dirinya sebagai aktifis cenderung terjun kedalam politik kampus. Dan berbondong-bondong mendirikan serta menjalankan partai politik mereka sendiri. Alasan yang dikemukakan tentunya alasan yang sama seperti yang kita dengar dari politikus-politikus handal di televisi. "Memperjuangkan aspirasi rakyat (dalam hal ini mahasiswa) ". 

Tak Ada Lagi Topi Kerucut dan Kalung Petai

Oleh: Nur Akmal IKUTI MPLS: Peserta didik baru SMK Negeri 1 Medan mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7). Seluruh peserta didik baru tak lagi memakai atribut berbau perploncoan sesuai arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaa (Foto : Nur Akmal) Hujan  sejak subuh masih menyisakan awan gelap dan udara yang dingin, namun tak menggoyahkan semangat siswa-siswa baru untuk hadir pada hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7). Pakaian mereka putih bersih, rapi dan tampak masih baru. Mereka berbaris rapi menantikan satu persatu aktivitas Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang tahun ini dikendalikan sepenuhnya oleh guru. "Selamat datang di SMK Negeri 1 Medan, dalam sesi ini kita akan membahas budaya dan tata terbit sekolah," demikian SJ Simamora, Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat dan Industri menyapa para peserta didik baru di lapangan SMK Negeri 1 Medan yang diberi tenda agar siswa tak terkena hujan.

Pagar Api dan Berita Titipan Media Massa

Jika dulu sering kita lihat dalam suatu scene sebuah film yang menampilkan gambar blur pada suatu merek dagang yang tanpa sengaja tertangkap kamera. Kini agaknya tak banyak lagi kita temui, malah secara terang-terangan pelbagai merek dagang terpampang jelas di hampir setiap scene film, bahkan merambah pada media massa seperti suratkabat. Iklan memang dibolehkan, tapi pagar api perlu diperhatikan.