Akhir januari 2013, aku bingung harus berekspresi seperti
apa. Aku baru sadar alangkah bodohnya aku. Minggu-minggu yang berharga sudah ku
habiskan dengan sia-sia. Aku tertawa membaca mentionnya hari ini. Tertulis “Get
Well Soon J”.
Aku tau itu untuk siapa. Ya karena meskipun sudah 3 minggu berpisah tetap saja
aku masih sering menguntit Timelinenya di twitter.
Dua hari sebelumnya aku sudah kembali memberanikan diri
untuk menyapanya. Setelah sakit yang luar biasa, karena melihat Display Picturenya
di BBM. Kalian tahu, ia memasang foto berdua dengan pacar barunya. Meskipun ia
keukeuh mengatakan tidak, tapi aku tidak percaya. Dan benar saja. Itu terkuak
seketika.
Melihat Display Picture seperti itu siapa yang tidak sakit
hati bukan? Seolah olah aku benar-benar tidak ada harganya. Padahal setelah “pertemuan”
yang cetar membahana di sebuah pusat perbelanjaan kemarin, aku duluan yang
menyapa lewat BBM. Itu percakapan yang sangat kaku. Kaku sekali. Sakitnya, dua
menit setelah percakapan selesai ada pemberitahun di Recent Update, ****** has
changed Display Picture. Dan tiba-tiba petir terasa menyambar. Tarra…… mesra
sekali. Tiba-tiba tidak selera makan. Padahal aku baru makan dua suap saja.
Tak tahan melihatnya, aku memutuskan untuk men-delete
contactnya dari daftar contact BBM ku. Delete selesai. Darah sudah naik ke
ubun-ubun, benci, kesal, merasa bahwa ia benar-benar tidak punya perasaan. Saatnya
aku sudahi semua kegalauan ini. Rasanya benar-benar hambar. Seperti tidak ada
rasa menyesal sama sekali dari dirinya. Sudah secepat itu punya pasangan baru,
bahkan tidak memikirkan perasaan ku. Dulu aku ingat betul ada yang sering
mengingatkan ku untuk menjaga perasaan seseorang. Eh, tidak tahunya, sekarang
malah ia yang tidak punya perasaan.
Akhirnya aku putus kan untuk menghilang sementara dari
hadapannya. Selain karena aku tak mungkin sanggup melihat DP nya itu, aku juga
gak sanggup melihat mention mesranya. So, aku unfollow, dan remove ia dari
social media. Di facebook, praktis tidak ada yang bisa aku lihat lagi. Tidak bisa
aku stalking. Tapi di twitter, jujur saja, masih sering penasaran dengan apa
aktifitasnya. Dan karena masih terbuka kesempatan untuk stalking akhirnya aku
juga sering buka Timelinenya.
Aku berharap dengan menghilangnya aku, ia akan sadar bahwa
apa yang dia perbuat itu salah. Salah karena sama sekali tidak memikirkan
perasaan ku. Beberapa hari berlalu. Tidak ada tampak kesedihan, kegalauan atau
semacamnya. Ya semua terlihat biasa saja. Aku stalking TL twitternya. Dan juga
tidak ada mention mesra nya dengan pria itu, pria yang aku tengarai sebagai
pacar barunya.
Tanggal 24, 25 januari aku baca sesuatu yang aku anggap
sebagai angin segar. TL nya galau. Galau sekali. Aku pikir untuk ku, ia bilang
kangen, ia bilang walaupun sebentar tapi berkesan, ia bilang yahhh pokoknya it’s
all about galau deh. Aku pikir ia menyesal. Dan merasa kehilangan aku,
merasakan apa yang aku rasakan.
Tapi banyak dari tweetnya yang aku rasa janggal, janggal
kalau itu untuk ku. Itu pasti untuk orang lain. Jadi aku coba buka profil pria
itu, shock berat. Si pria tak lagi pasang relationship dengannya. Dan beberapa
mention pria itu juga galau sekali. Luar biasa bukan?
Sebenarnya aku bingung harus berekspresi seperti apa,
langsung saja aku tarik kesimpulan bahwa mereka sudah putus. Sebab ada mention
pria itu yang berbunyi “Cuma bertahan 13 hari”, kalau dihitung-hitung, tepat
sekali harinya. J
aku jadi benar-benar bingung. Aku senang, tapi aku juga sedih. Senang karena
ternyata pria yang aku pikir ia lebih mencintainya, menyanyanginya, lebih
tertarik dengannya, dan pria yang karenanya, si dia dengan senang hari
meninggalkan aku. Juga tak mampu mempertahankan hubungan mereka. Bahkan lebih
singkat dari pada dengan ku.
Di sisi lain aku juga sedih, karena status yang selama ini
aku anggap untuk ku, kegalauan yang selama ini aku anggap karena dia merasa
bersalah dan sedih karena kehilangan ku ternyata bukan untuk ku. Itu membuat
aku lemas. Dan kembali memutar playlist galau dari laptop.
Aku jujur, sampai sekarangpun masih berharap. Tapi setelah
semua itu rasanya sulit untuk menerimanya. Sudah terlalu banyak. Terlalu banyak
kesakitan, dan kebohongan. Sebenarnya hal itu membuat aku down, tapi itu juga
yang menguatkan aku untuk segera move on darinya. Aku benar-benar merasa tidak
ada harganya. Tak pernah mendapat posisi lebih dihatinya. Padahal dulu aku
sudah berikan pilihan. Dulu sekali sejak sebelum memiliki hubungan. Pilih aku
atau dia. Dan dia memilih aku. Tapi tidak tahu bahwa kan begini jadinya. Kegalauan
yang selama ini aku tweet tidak ada harganya, sama sekali tidak menyentuh
perasaannya.
Dan bahkan dia galau karena orang lain. Lebih galau dari
pada kehilangan ku, jauh lebih galau. Untuk apa coba aku ngetweet galau kemarin
kemarin? Padahal maksudnya biar dia ikut merasakan. Ternyata dia lebih bahagia.
Dan ketika putus lagi dengan pria itu, (mungkin karena alasan yang sama dengan
ku) ia malah jauh lebih galau.
Dan bodohnya lagi sampai setelah aku tahu semua itu aku
masih saja menaruh perhatian lebih padanya. Ketika membaca tweetnya tentang
kabar bahwa ia sedang sakit. Ingin sekali mengingatkannya untuk minum obat,
seperti yang biasa aku lakukan. Tapi tentu sekarang sudah berbeda. So, aku Cuma
bisa ngetweet bilang “Get Well Soon” harapanku agar ia membacanya. Meskipun tidak
ada respon apa-apa. Tapi baru saja tadi, aku baca tweet pria itu yang memberi
kabar bawa ia sedang sakit. Si dia malah ngetweet “Get Well Soon J “ untuk pria itu. Sakit
kan?? Sakit sekali. Itu seperti aku memberikan tissue untuknya sementara tissue
itu ia berikan lagi untuk orang lain. Astaga.
Soundtrack yang tepat itu adalah Samson – Bukan Diriku. L