Penulis : Nur Akmal
Siapa sangka kelihaian dalam membuat kue-kue kering bisa menjadikan seseorang sebagai pengusaha yang sukses, kue kering yang biasa dimakan orang sebagai cemilan sambil bersantai ini rupanya menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Bahkan bila ditekuni dengan baik, bisa lebih dari sekedar menghidupi keluarga.
Siapa sangka kelihaian dalam membuat kue-kue kering bisa menjadikan seseorang sebagai pengusaha yang sukses, kue kering yang biasa dimakan orang sebagai cemilan sambil bersantai ini rupanya menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Bahkan bila ditekuni dengan baik, bisa lebih dari sekedar menghidupi keluarga.
Lihat saja kue kering
yang diproduksi oleh label Dapur Reuni milik Sri Susianti yang akrab disapa ibu
Uci ini. Awalnya Bermula dari ajang reuni antar teman-teman SEangkatan di SMA
negeri 4 Medan pada tahun 2009 lalu. Ia dan 10 orang temannya kemudian
membentuk usaha kecil-kecilan dengan memproduksi kue-kue kering seperti keripik
ubi ungu, pisang, kacang tojin, kue bawang, dan banyak lagi. Dan dapur yang
terbentuk dari acara reunian inilah tercetus nama dapur reuni untuk labelnya.
"Pas kebetulan
acara reunian SMAN 4 dulu, sekitar 10 orang nanya apa usaha yang ingin dibuat
terus lahirlah Dapur reuni, setelah itu jalan sampai sekarang dengan keripik
dan kue kue kering," ungkapnya.
Begotu tercetus, modal
awal yang dikeluarkan sekitar Rp 10 juta untuk membeli alat dan bahan baku
namun sejak dirintis tahun 2009 dan hingga sekarang Dapur Reuninya mampu meraup
omzet yang hingga Rp 10 juta hingga Rp 15 juta perbulannya. "Sebenarnya
omset itu berfluktuasi ya, hari biasa itu bisa merosot, rata-ratanya Rp 10 juta
hingga Rp 15 juta, tapi saat hari besar seperti lebaran bisa mencapai 2X
lipat," tambahnya.
Ia mengatakan yang
paling banyak diminati orang saat ini adalah makanan khas kota Medan yaitu
Sambal teri kacang, untuk produk andalan yang 1 itu, ia mengaku sering mendapat
pesanan. Terutama dari pelancong kota Medan dari luar kota yang biasanya
memesan dari hotel "Sambal teri itu masih baru sebenarnya, tapi
alhamdulilahh sudah mulai banyak diminati," tambahnya.
Ia juga mengungkapkan
untuk pemasaran produk seperti keripik dan yang lain untuk saat ini kebanyakan
masih di sekitar kota Medan, tapi juga sudah merambah ke pasar modern
yaitu di beberapa ritel besar seperti Carefour dan Kasimura, toko roti,
majestik, dan distributor, untuk luar daerah seperti Batam dan Pekanbaru.
"Di carefour dan
Kasimura, alhamdulilahh cukup bagus, perminggu satiap hari Jumat masuk barang,
jadi setiap hari senin itu ada orderan melalui email, untuk pasokan itu
tergantung berapa mereka minta, biasanya untuk 1 item 20 pack, kadang bisa 5, 6
atau 4," ujarnya.
Namun untuk saat ini
ia mengaku belum terkendala dengan pasar, saat ini ia mengaku perlu pasar yang
baru. Namun untuk menembus ritel yang lain cukup sulit. "Saya pengen punya
pusat oleh-oleh yang dikelola teman2 UKM, di jawa itu ada, tapi kita
belum," harapnya.
Saat ini pihaknya sedang bernegosiasi dengan Paladium, sedangkan di Katamso sudah negosiasi soal harga tempat. "Syukurnya kita para pelaku UKM banyak yang membantu, Saya dulu di carefour dari Dinas Koperasi. Semua Dinas membantu, Disperindag, Cikal dan yang lain," ungkapnya.
Saat ini pihaknya sedang bernegosiasi dengan Paladium, sedangkan di Katamso sudah negosiasi soal harga tempat. "Syukurnya kita para pelaku UKM banyak yang membantu, Saya dulu di carefour dari Dinas Koperasi. Semua Dinas membantu, Disperindag, Cikal dan yang lain," ungkapnya.
Saat ini produknya
sudah beberapa kali mengikuti pameran hingga keluar negeri seperti Thailand,
dan Malaysia. di kedua negara tersebut, produknya juga mendapat tanggapan yang
bagus, hanya saja, lanjut Uci, kelemahannya ada pada masa expirednya yang belum
bisa tahan hingga 1 tahun melainkan hanyabeberapa bulan saja.
Ia yang sebelumnya
hanya memiliki usaha kue basah mengaku usaha dapur reuninya ini sangat berkembang
dalam beberapa tahun terakhir. "Mungkin karena doa yang 10 orang ini.
Makanya bisa lebih besar," ujarnya sambil tertawa.
Ia mampu memproduksi
sekitar 30 Kg kue perharinya, atau sekitar 150 pack, jika order sedang banyak
maka bisa mencapai 2 X lipat. "Yang paling besar itu nama, kepercayaan
masyarakat terhadap produk kita, kalau alat itu bertambah karena banyak bantuan
dari pemerintahan. Hasilnya kita sistem Bagi hasil dengan 10 orang tadi. Tapi
yang memange itu dipercayakan pada saya, yang awalnya hanya untuk kumpul-kumpul
bisa jadi usaha yang berkembang," tutupnya.
Sumber : Harian
Investa Medan