Skip to main content

Sendok Garpu : Kuliner Delivery Untuk yang Malas Keluar



Penulis : Nur Akmal

Menjadi seorang mahasiswa bukan berarti tidak bisa berwirausaha, keterbatasan modal bukan menjadi alasan untuk menunda-nunda berwirausaha. Salah satunya, warung Sendok Garpu, warung ini dimiliki oleh 3 orang mahasiswa yaitu Rahmat Hidayat, Bambang Irawan, dan Karya Nugraha. Ketiganya bukan mahasiswa dari 1 universitas, ketiganya adalah teman dekat yang kemudian berniat mendirikan sebuah usaha kuliner. Rahmat seorang Mahasiswa di STIPAP, Bambang Mahasiswa Fakultas Pertanian UMSU, dan Karya sendiri adalah alumni STT Telkom Bandung.


Ketika ditemui Investa, Kamis (11/4) kemarin, hanya Rahmat Hidayat yang ada di tempat, yaitu di jalan Bono, Gg Ikhlas, Krakatau, Medan. Berawal dari hobi nongkrong di tempat-tempat makan di kota Medan, ia dan teman-temannya berpikir untuk membuka usaha dibidang kuliner, namun keterbatasan modal membuat mereka tidak bisa membuka café lengkap dengan meja makannya.

“Sendok garpu ini berdiri bulan Januari 2013 lalu, karena kita keterbatasan biaya, jadi tidak bisa membuat café langsung, alhasil tercetuslah ide delivery saja,” ujar Rahmat. Meski tergolong masih seumur jagung, Sendok Garpu ini menawarkan menu yang bervariatif berbahan ayam. Diantaranya Ayam Rujak, Ayam Urah, Ayam Kremes dan Ayam Goreng Kecap. Dengan pangsa pasar mahasiswa ia menawarkan menu dengan harga murah, tanpa ongkos kirim. Setiap menunya hanya Rp 12 ribu plus Air mineral.

“Untuk mahasiswa-mahasiswa wajib coba, selain rasanya yang enak dan harganya yang murah. Pelanggan juga tidak perlu capek-capek keluar rumah karena kita antar langsung di tempat paling lama 10 menit,” tambah Rahmat.

Untuk saat ini ia mengaku masih melayani pelanggan untuk daerah sekitar Kampus UMSU saja, karena masih keterbatasan karyawan. Saat ini ia hanya mempekerjakan 2 orang saja, satu orang sebagai tukang masak dan satu orang lagi sebagai pengantar pesanan. Sedangnya ia dan 2 orang owner lainnya hanya memantau saja.

Meski baru beberapa bulan, Sendok Garpu yang dikelolanya ini sudah memperoleh keuntungan sekitar Rp 2 juta perbulannya, dengan jumlah pesanan sekitar 25 sampai 30 porsi perharinya. Ia mengatakan modal awal untuk membuka usaha ini sekitar Rp 12 juta untuk keperluan dapur dan membeli sebuah sepeda motor untuk mengantar pesanan.

“Omsetnya alhamdulilah sudah lumayan banyak perbulannya sekitar Rp 2 juta bersih. Untuk Modalnya kita bekerja sama sama dengan teman salah seorang owner,yaitu Karya Nugraha,” ujarnya. Ia juga menambahkan hasil keuntungan dari  Sendok Garpu ini dibagi rata sesama owner.

“Kami mendirikannya sama-sama, jadi hasilnya juga kita nikmati sama-sama, semuanya kita bagi rata,” tambah Rahmat. Kedepannya ia dan teman-temannya memiliki target untuk mengembangkan usaha ini menjadi lebih besar dan lebih kreatif lagi baik dalam hal cita rasa dan penempatan sendiri. ia ingin agar Sendok Garpu nantinya tidak hanya menyediakan makanan delivery saja tetapi juga menjadi café dengan suasana mewah tempat anak-anak muda menghabiskan waktu mereka.

Sumber : Harian Investa Medan

Popular posts from this blog

Apa yang Dihasilkan Politik Kampus?

Bicara soal politik, rasanya ta k sedikit orang yang ingin terjun. Entah apa sebabnya, namun hal ini sudah menjadi rahasia umum. Meskipun persentase kemenangan kecil, tetap saja banyak calon legislatif yang rela mengeluarkan sedikit uang untuk kampanye. Tak hanya masyarakat, mahasiswa pun tak mau kalah dalam hal berpolitik. Politik masuk ke Universitas-Universitas. Spanduk bertebaran di gedung-gedung, mengajak masyarakat kampus untuk memilih dan mencoblos tuannya. Mahasiswa yang menilai dirinya sebagai aktifis cenderung terjun kedalam politik kampus. Dan berbondong-bondong mendirikan serta menjalankan partai politik mereka sendiri. Alasan yang dikemukakan tentunya alasan yang sama seperti yang kita dengar dari politikus-politikus handal di televisi. "Memperjuangkan aspirasi rakyat (dalam hal ini mahasiswa) ". 

Tak Ada Lagi Topi Kerucut dan Kalung Petai

Oleh: Nur Akmal IKUTI MPLS: Peserta didik baru SMK Negeri 1 Medan mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7). Seluruh peserta didik baru tak lagi memakai atribut berbau perploncoan sesuai arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaa (Foto : Nur Akmal) Hujan  sejak subuh masih menyisakan awan gelap dan udara yang dingin, namun tak menggoyahkan semangat siswa-siswa baru untuk hadir pada hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7). Pakaian mereka putih bersih, rapi dan tampak masih baru. Mereka berbaris rapi menantikan satu persatu aktivitas Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang tahun ini dikendalikan sepenuhnya oleh guru. "Selamat datang di SMK Negeri 1 Medan, dalam sesi ini kita akan membahas budaya dan tata terbit sekolah," demikian SJ Simamora, Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat dan Industri menyapa para peserta didik baru di lapangan SMK Negeri 1 Medan yang diberi tenda agar siswa tak terkena hujan.

Pagar Api dan Berita Titipan Media Massa

Jika dulu sering kita lihat dalam suatu scene sebuah film yang menampilkan gambar blur pada suatu merek dagang yang tanpa sengaja tertangkap kamera. Kini agaknya tak banyak lagi kita temui, malah secara terang-terangan pelbagai merek dagang terpampang jelas di hampir setiap scene film, bahkan merambah pada media massa seperti suratkabat. Iklan memang dibolehkan, tapi pagar api perlu diperhatikan.