Skip to main content

Cerita : Surat di Bawah Meja


Hai para sahabat, apa kalian pernah menjadi pengagum? Baik itu pengagum rahasia atau pengagum terang-terangan. Atau barangkali kalian adalah orang yang dikagumi? Sah sah saja memang kalau kita mengagumi dan dikagumi orang. Kemarin gue ketemu sama teman lama gue, teman saat gue kursus bahasa inggris di Harvard, bukan Harvard University, tapi Harvard English Course.

Sambil makan somay Jakarta di Jalan Mustafa, Krakatau Medan, kami bercerita banyak. Dari drama Korea hingga seputar pacar. Akhirnya berbicara soal wanita—oh ya, teman gue tadi seorang wanita—ingatan gue kembali pada lebih kurang delapan tahun yang lalu, ini cerita gue saat duduk dibangku SMP. Tentang surat yang gue temukan di bawah kursi, tentang seorang pengagum pertama gue, tentang Susi. Ini kisah nyata, bukan gue rekayasa.


Baiklah mari kita mulai ceritanya, ketika itu gue dan sahabat baik gue, Indra Wijaya yang suka berpetualang, dengan fantasi yang kami miliki, kami bermain kebelakang sekolah. Di belakang sekolah itu ada kolam-kolam ikan yang sebagiannya sudah kering dan menjadi lumpur seperti lumpur hidup yang bisa menghisap. Itu menjadi mainan kami saat SMP, seolah menghadapi rintangan dalam acara Benteng Takesi yang dulu populer di TV.

Ketika bel pertanda waktu istirahat telah selesai, kami bergegas kembali ke kelas. Sambil tertawa-tertawa lepas kaki ku seperti menginjak sesuatu, sesuatu berwarna putih, bergaris merah dan biru di pinggir-pinggirnya. Si Indra, teman gue tadi duduk sebangku dengan gue. Aku mengambil kertas tadi dan ternyata itu adalah amplop.

“Punya siapa itu” kata gue
“Entah, apa itu? Coba buka.” Kata si kawan tadi.
“Ah, surat orang ini.” Kata ku.

Nah ini yang gue lupa, apakah ada tulisan untuk siapa surat ini di depan amplop atau tidak. Tapi yang jelas itu surat untuk gue, dari seorang perempuan bernama Susi, ia adik kelas gue di sekolah, gue kelas II2, dia kelas I3. Tapi gue tidak mengenalnya. Eh tunggu, dari mana gue tau kalau itu susi? Sorry, gue kecepatan nulisnya. Surat itu gue buka dulu, baru gue baca atasnya. Kalo jaman-jaman dulukan musim nulis surat. Nah di tiap awalan surat pasti ada yang begini nih.

To : Nur Akmal                                                                                                                          From : Susi Susanti

Nah, kalau yang lahiran di tahun 90’an pasti pernah deh ngalaminnya. Kecuali tuh orang emang gak punya cinta monyet atau gak ada yang mau sama dia (hehehe, sok banget ya gue?)
Kembali ke cerita,nah setelah gue tau itu surat buat gue, sontak deg-deg-ser…… itu pengalaman pertama gue dapat surat dari cewek. Gue merasa udah hebat banget, karena sahabat-sahabat gue gak pernah dapat yang begituan.

“tengoklah aku,” kata Indra.
“mak…dapat surat kau yo” katanya lagi.
“Ko, konal orangnyo” (itu bahasa kampung gue)
“tak tau aku, moh kito cari moh”

Penasaran, gue pun akhirnya mau mencari si Susi tersebut. Dia fans pertama gue yang mengaku langsung melalui surat. Eh, btw isi suratnya apa sih? Belum tau ya? Gue lupa nulisnya. Sorry lagi, terlalu bersemangat sih.. hehehe

Kira-kira begini,
Kenalkan, nama aku Susi  Susanti, anak kelas I 3. Aku mau kasih tau kamu kalau aku cinta sama kamu. Aku pernah mimpi waktu pulang sekolah aku sakit terus jatuh di jalan. Dan kamu yang menolong aku, mengendong aku sampai ke rumah dan mencium ku. Sejak itu aku yakin kau adalah jodoh ku…blab la…bla….. (aku lupa, tapi kira2 begitu isinya)
Eh, ini nyata loh, gue gak bohong dan mengarang, memang begitu isinya.

Nah, udah taukan isi suratnya. Sekarang kita balik lagi. Gue dan Indra akhirnya sampai di kelas I3, ada teman gue disana, namanya Al-Kabri. Dia ketua kelas, aku Tanya dia, “eh Kab, ada yang namanya Susi  di kelas ini?”

“Susi, siapo yo, tak adolah kayaknyo” jawabnya.

Wheew…..ah, aku sudah mulai gak yakin. Aku pikir itu hanya orang iseng saja. Aku bilang sama Indra “ah, udahlah, surat ecek2nya itu” (padahal ngarep banget kalau tu cewe ada dan cakep luar biasa)

Oke, gue gak boleh nyerah. Aku yakin tu cewe pasti cakep. Finally gue lupa entah gimana caranya gue bisa nemuin yang namanya Susi itu. Sekelebat cerita gue udah tau orangnya.

“huahahahahahhaha……parah botol” kata Indra.

Yang dia maksud parah itu adalah ternyata si Susi itu gak cantik. Memang sih tidak cantik, tapi gak harus begitu juga dia ketawa kan. Mending gue donk, punya fans meskipun gak cantik, bahkan jelek (wakti itu sih jelek, kelas 1 SMP, siapa tau sekarang udah cantik). Dari pada dia yang gak punya penggemar. Mungkin dia Cuma iri.

Bicara soal si Susi tadi, gue juga akui dy tidak cantik, itu buat harapan gue hancur lebur. Niat gue waktu itu adalah kalau pengirim surat itu cantik, dia bakal gue jadikan pacar pertama, gue belum pernah pacaran waktu itu. Tapi tau gimana orangnya gue batalin aja deh niatnya.

Bukannya sombong (Cuma songong), sama sekali gak selera sama orangnya, apalagi dy itu beda agama. Well karena si Indra ngejekin dy dan gue terus finally gue pun ikut ngeledek dy, gue rasa dy pasti malu banget tuh. Dasar gue yang waktu itu masih kanak-kanak, belum dewasa. Gak berpikir perasaan wanita. (ceileee….awak masih anak2 coy).

Sippp, akhirnya hubungan gue dan Susi gak berjalan baik.. kami salah hina dan meledek terus ketika berpapasan. Lebih banyak sih gue dan Indra, dy lebih sering diam. Eh, nulis cerita ini gue jadi merasa bersalah. Kalau gue ketemu dy lagi sekarang dan dy masih ingat gue dan kejadian 8 tahun lalu itu, gue mau minta deh. Syukur-syuku dy baca tulisan ini. “maafin gue ya Susi….”

Oke, itu dia tadi kisah si Susi, fans pertama gue yang frontal, mungkin berikutnya gue bakal nulis kisah yang lain lagi. Eh, itu tadi gue sebut dy sebagai fans pertama sebenernya gak valid juga. Mungkin banyak yang diem-diem, gak kayak dy yang langsung ngungkapin pake surat. (kepedean, but itu emang gaya gue banget)
Meskipun begitu dy cukup berarti buat gue, karena jadi cewek pertama yang ngirim surat cinta buat gue, dan sempat buat gue deg-deg’an sampe seharian menanti berjumpa dengannya. Meskipun akhirnya melempem. but, It is Fun. Thanks ya Susi….gue jadi bisa buat cerita ini. Heheheh


Popular posts from this blog

Apa yang Dihasilkan Politik Kampus?

Bicara soal politik, rasanya ta k sedikit orang yang ingin terjun. Entah apa sebabnya, namun hal ini sudah menjadi rahasia umum. Meskipun persentase kemenangan kecil, tetap saja banyak calon legislatif yang rela mengeluarkan sedikit uang untuk kampanye. Tak hanya masyarakat, mahasiswa pun tak mau kalah dalam hal berpolitik. Politik masuk ke Universitas-Universitas. Spanduk bertebaran di gedung-gedung, mengajak masyarakat kampus untuk memilih dan mencoblos tuannya. Mahasiswa yang menilai dirinya sebagai aktifis cenderung terjun kedalam politik kampus. Dan berbondong-bondong mendirikan serta menjalankan partai politik mereka sendiri. Alasan yang dikemukakan tentunya alasan yang sama seperti yang kita dengar dari politikus-politikus handal di televisi. "Memperjuangkan aspirasi rakyat (dalam hal ini mahasiswa) ". 

Tak Ada Lagi Topi Kerucut dan Kalung Petai

Oleh: Nur Akmal IKUTI MPLS: Peserta didik baru SMK Negeri 1 Medan mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7). Seluruh peserta didik baru tak lagi memakai atribut berbau perploncoan sesuai arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaa (Foto : Nur Akmal) Hujan  sejak subuh masih menyisakan awan gelap dan udara yang dingin, namun tak menggoyahkan semangat siswa-siswa baru untuk hadir pada hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7). Pakaian mereka putih bersih, rapi dan tampak masih baru. Mereka berbaris rapi menantikan satu persatu aktivitas Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang tahun ini dikendalikan sepenuhnya oleh guru. "Selamat datang di SMK Negeri 1 Medan, dalam sesi ini kita akan membahas budaya dan tata terbit sekolah," demikian SJ Simamora, Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat dan Industri menyapa para peserta didik baru di lapangan SMK Negeri 1 Medan yang diberi tenda agar siswa tak terkena hujan.

Pagar Api dan Berita Titipan Media Massa

Jika dulu sering kita lihat dalam suatu scene sebuah film yang menampilkan gambar blur pada suatu merek dagang yang tanpa sengaja tertangkap kamera. Kini agaknya tak banyak lagi kita temui, malah secara terang-terangan pelbagai merek dagang terpampang jelas di hampir setiap scene film, bahkan merambah pada media massa seperti suratkabat. Iklan memang dibolehkan, tapi pagar api perlu diperhatikan.