Air Terjun Dua Warna, Sibolangit, Sumatera Utara (Foto : Rizalul) |
Memang sebelumnya teman-teman sudah mengajak
saya untuk bergabung dalam tur mereka kali itu, atau lebih cocok disebut
proyek. Karena tujuan mereka kesana adalah untuk liputan tentang salah satu
wisata alam yang ada di Sibolangit, Sumatera Utara. Tempat itu dikenal dengan
nama Telaga Dua warna (Dwi Warna). Kenapa disebut dua warna, akan saya jelaskan
nanti.
Awal perjalanan menuju telaga dua warna dikelilingi hutan yang tidak begitu lebat |
Berhubung di antara yang lain saya adalah
senior, dan sudah tidak tergabung lagi dalam kegiatan Teropong, akhirnya niat
saya ikut kesana adalah hanya sekadar untuk bersenang-senang dan refreshing
saja. Bayangan saya di sana akan mandi-mandi. Jadi tak lupa saya bawa pakaian
dua dan celana pendek untuk berenang.
Kami berangkat sekitar pukul 9.00 WIB lewat. Dengan
sepeda motor. Menuju Sibolangit mamakan waktu hingga 3 jam. Jadi kami sampai di
lokasi sekitar pukul 12.30 WIB. Sebelum kesitu saya akan jelaskan rutenya. Dari
Medan ke Sibolangit sampai ke Bumi Perkemahan masuk ke dalam. Melewati dua
titi. Hingga sampai ke simpang tiga. Sebelah kanan berisi villa (jangan
bayangkan villa-villa cantik di FTV) tempat biasanya mahasiswa melaksanakan
kegiatan-kegiatan. Nah kalau mau ke dwi warna kita lewat kiri.
Tapi stop dulu, tidak bisa langsung masuk
begitu saja. Namanya juga Indonesia, tentu banyak ‘hambatannya’. Hambatan pertama
adalah kita pasti di stop sama warga setempat yang mengaku sebagai ranger alias
pemandu. “Gak bisa orang abang ke sana
sendiri tanpa ranger bang, banyak yang nyasar. Kami tidak bertanggung jawab”
kata salah satu dari mereka waktu itu.
Istirahat dalam perjalanan bersama guide yang berasal dari warga sekitar |
Kami mengangguk saja, sebab memang lebih baik
kalau ada pemandu jalan. Maklum, bukan anak Mapala, apalagi saya pribadi lebih
suka pilih yang aman saja. Teman-teman sedang sibuk melobi harga, sedang saya
duduk nyantai menunggu mereka (berlagak bos)
Finally akhirnya satu orang dikenai Rp. 25.000
(kalau tak silap). Sudah sama uang parkir. Akhirnya kami berangkat. Saya beli
roti kemasan untuk penunda lapar. Sebab sama sekali belum makan siang. Kata pemandunya
perjalan kesana memakan waktu 3 jam, tapi bisa 2 jam kalau jalan terus tanpa
berhenti.
Sepanjang jalan ternyata tracknya lumayan
sulit. Saya putuskan untuk melepas jeans dan hanya memakai celana pendek
berlogo Barcelona. Rutenya dari melewati sungai, melompati batu-batu besar di
sungai, menunduk menghindari batang pohon yang tumbang, hingga melompatinya. Tanjakan
dan turunan. Beberapa kali kami berhenti. Karena beberapa anggota sudah
kecapaian. Entah kenapa saat itu saya semangat sekali. Tidak terasa capek. Padahal
awalnya saya takut tidak akan punya stamina yang cukup. Itulah alasan kenapa
saya selalu menolak untuk tracking. Tapi karena semangat, saat itu saya
berjalan santai saja tanpa lelah.
Sesampainya di air terjun langsung menikmati dinginnya air yang seperti es |
Perjalanan menjadi semakin sulit ketika sudah
mendekati air terjun. Seperti kata pepatah jepang. Orang yang berjalan 100
kilometer menganggap 99 km itu hanya pemasan. Maksudnya akhir perjalanan
terakhir itu adalah perjalanan tersulit. Itulah yang kami rasakan. Jalanan mulai
menukik tajam hingga 45 derajat lebih. Untuk turun harus menggunakan tali yang
entah siapa yang menyediakan. Itu pun mesti sangat berhati-hati.
Salah satu teman saya bernama Mazda hampir
terjatuh karena tali tersebut justru melambungkan tubuhnya ke arah jurang. Memang
tidak mungkin terjatuh terlalu dalam, tapi cukup membahayakan. Untuk saya
berhasil memegang tasnya. Saat itu perjalanan justru semakin menarik. Serasa sedang
syuting 5 cm. J
Akhirnya tiba juga di lokasi. Air terjun dua
warna. Pemandangan yang sangat menakjubkan. Ada dua air terjun di kedua sisi
tebing. Air terjun yang dasarnya dalam dan berdiameter lebih besar punya air
yang biru sebiru langit. Dan memutih di tepi kawahnya dan mengalir kecil terus
hingga ke bawah. Ada yang mengatakan itulah yang disebut dua warna.
Sedangkan air terjun satunya yang lebih kecil
berwarna jernih seperti air biasa. Sebagian lagi mengatakan ada dua air terjun
dengan dua warna yang berbeda ini lah makanya disebut dua warna. Saat sampai di
tempat, ternyata pengunjung sangat ramai. Padat sekali. Tidak menyangka dengan
rute yang sulit tersebut bisa menggait pengunjung hingga sebanyak itu.
Ramainya pengunjung Air terjun dua warna, namun sayangnya penikmat wisata alam yang indah ini tidak banyak yang sadar untuk menjaga kebersihan. sehingga banyak sampah dibuang sembarangan |
Sampai di air apalagi kalau bukan terjun. Saya langsung
jadi orang pertama yang menyemplung ke air. Ternyata airnya sedingin es. Benar-benar
dingin. Tapi tak membuat semangat saya surut, saya benerang sepuasnya. Berendam
menikmati dinginnya air terjun dua warna tersebut. Ternyata suhu air yang
sangat dingin tak mampu saya tahan. Saya hanya bertahan 5 menit di air dan naik
kembali dengan menggigil.
Saya putuskan untuk bergabung dengan teman
makan mie instant cup hangat. Ternyata ada loh yang jual di atas sana. Ada 4
pedangang yang jual mie instant dan minuman panas. Mereka panaskan air langsung
di sana dengan kayu bakar. Setelah makan saya berendam kembali. tak puas
rasanya kalau hanya sebentar walaupun dingin.
Pukul 4 lewat semuanya harus sudah turun. Sebab
jika lewat pukul 6 hari sudah gelap (ya iyalah) jadi dikhawatirkan bisa
tersesat. Itu kata pemandunya. Bahkan tukang mie instant tadi juga sudah
pulang. Ketika pulang saya menyaksikan hal yang mengejutkan. Sampah di
mana-mana. Banyak sekali. Tidak terhitung. Entah apa yang dipikirkan para
pengunjung membuang sampah sembarangan.
Pemandangan keseluruhan air terjun dua warna menjelang sore (Foto: Rizalul) |
Kami pun pulang. Sebelum itu ada satu info
penting yang tertinggal saya tuliskan. Tentang sejarah tempat itu. Ini yang
saya dengar dari beberapa pengunjung dan pemandu. Tidak tau pasti kebenarannya.
Tulisan ini saya buat hanya untuk berbagi pengalaman. Serta mempromosikan
wisata ala mini. Saat itu saya tidak sempat melakukan reportase untuk informasi
yang akurat.
Dahulu ada mahasiswa pencinta alam dari Sekolah
Tinggi tapi saya lupa ST mana yang jelas ada di Medan sedang menapak tilas di
kawasan Sibolangit. Tapi entah bagaimana salah seorang dari mereka mengalami
kecelakaan. Dan jatuh ke telaga dua warna tersebut. Beberapa jam atau hari
mencari akhirnya petugas SARS menemukan mayatnya di telaga dua warna tersebut. Barulah
terbuka bahwa ada pemandangan alam seindah itu di kawasan tersebut. Baru kemudian
mereka membuka jalan untuk mengunjungi tempat itu.
Untuk informasi lebih lanjut soal mahasiswa
yang meninggal di tempat itu sudah dibangun monument yang tertulis nama dan
perguruan tingginya. Sayangnya saya lupa dan tidak sempat mencatat. Sekian dulu
tulisan ini. Jika berkesempatan akan saya tambahkan informasi yang lebih
lengkap tentang telaga dua warna ini. J