Skip to main content

Teknologi, Peserta Didik dan Gaya Belajar


Tanpa kita sadari, saat ini kita sedang hidup di zaman layar. Layar televis, layar laptop, dan layar handphone. Kita tidak bisa jauh-jauh dari layar-layar tersebut. coba saja hitung berapa jam dalam sehari kita memandangi layar handphone, juga layar laptop dan televise, Ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat masa kini.

Hal ini pun ternyata mempengaruhi perkembangan anak, banyak anak yang juga kini tak bisa jauh dari i layar-layar tersebut. seperti menonton tv berjam-jam. Bermain game di laptop dan handphhone. Yang oleh karena itu anak jadi kurang bermain gerak dan kurang membaca juga kurang interaksi dengan sesamanya. Perkembangan anak tidak hanya penting bagi orangtua, tapi juga guru. Guru harus tahu pasti apa saja yang jadi masalah seorang anak didiknya dan mencari solusi atas masalah tersebut.

Hidup di zaman ini dan mengajar anak-anak di masa ini merupakan tantangan tersendiri bagi guru. Perubahan zaman menuntut perubahan pola pendidikan bahkan dari hal yang paling sederhana.
Anak-anak saat ini sudah jadi bagian dari pengguna teknologi (Televisi, Laptop dan Handphone), dan dengan pengaruh dari layar-layar bergambar tersebut membuat banyak anak yang memiliki gaya belajar visual. Belajar dengan gambar-gambar (Umumnya gaya belajar terbagi 3, Auditori, Visual dan Kinestetis).


Tentu bukan zamannya lagi saat ini seorang guru mengajar dengan ceramah terus menerus di depan kelas dan berharap anak-anak mendengarkan dengan baik. baik di jenjang pendidikan apapun. Akan sangat sulit sekali. Maka perlu ada inovasi dalam menyampaikan pembelajaran kepada anak yang terbiasa dengan penggunaan teknologi tersebut.

Di sini lah guru dituntut untuk mencari inovasi dalam proses mengajar, yang tentu di sesuaikan dengan karakteristik anak. Saya pribadi sebagai guru Sekolah Dasar merasa inovasi-inovasi dalam pembelajaran mutlak diperlukan setidaknya agar anak-anak tidak berlarian di dalam kelas dan pembelajaran tersampaikan dengan baik.  Juga untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan anak tidak merasa tertekan. Itu yang terpenting.








Seperti pada suatu kesempatan mengajar, kala itu kompetensi dasar yang harus saya sampaikan adalah tentang menjaga lingkungan. saya mulai berpikir mencari cara penyampaian yang pas pada anak-anak saya di kelas yang hampir semua anak belajar secara visual. Saya mencoba mencari ide dari internet.

Beberapa menit searching saya menemukan sebuah artikel menarik yang menyerukan pelestarian lingkungan. artikel itu berisi surat imajiner dari tahun 2070 yang bercerita tentang betapa parahnya kondisi bumi di tahun 2070. Surat itu ditulis untuk menyadarkan manusia yang hidup di zaman sekarang. Sekilas ketika membaca surat tersebut terasa benar-benar menohok, seakan kita turut andil dalam rusaknya lingkungan dan beratnya kehidupan manusia di zaman itu.

Pembaca sekalian bisa membacanya dengan mudah jika penasaran dengan hanya mencarinya di google. Sudah ada  banyak versi tentang surat dari 2070 ini.

Lalu saya kemudian berpikir, jika saya hanya membacakan surat ini kepada murid-murid saya di kelas, tentu sulit bagi mereka yang masih kelas 2 SD untuk mencernanya dan boleh jadi beberapa anak mengantuk dan tidak memperhatikan. Mengingat hanya sedikit dari mereka yang belajar secara auditory, sebagian besar belajar secara visual.

Maka saya coba mencari videonya di youtube. Alhamdulilah, ada video yang persis dan memang di adaptasi melalui kisah dalam surat tersebut. surat itu digambarkan secara jelas melalui video, seperti bagaimana penampakan manusia yang terlihat 20 tahun lebih tua dengan kepala harus dicukur sebab tidak ada air.

Anak-anak yang menangis karena kurang minuman, udara yang menguning karena asap beracun, tentara-tentara yang menjaga ketat persediaan air karena sangat minim, tanah  yang tandus. Semua digambarkan secara jelas melalui video tersebut dan syukurnya lagi masih dalam koridor yang dapat di tonton anak. Berikut link videonya https://www.youtube.com/watch?v=vOUYIVrH4Cs

Lantas saya mendownload video tersebut dengan harapan bisa ditontonkan pada anak-anak esoknya.
Tibalah hari di mana saya harus menyampaikan kompetensi dasar menciptakan rasa kepedulian terhadap lingkungan. kelas saya mulai dengan Apersepsi. Ini yang terpenting dalam sebuah proses pembelajaran. Membuat anak memberikan hak mengajar kita.

Menarik Minat

Saya mulai dengan menunjukkan sebuah amplop bergambar wajah sedih. “Baru-baru ini ada yang menghebohkan dunia,” saya mulai menarik perhatian.

“Ada surat dari masa depan untuk kita semua, surat ini dari tahun 2070”
Semua anak terheran-heran, menerka-nerka apa maksudnya surat dari masa depan dan dari tahun 2070.

Belum mulai sudah banyak sekali pertanyaan.

“Maksudnya apa Mr?” (kebetulan di sekolah saya dipangging Mr Akmal)
“Itu surat asli?” “Siapa yang mengirim?” “dikirim untuk Mr?”

Saya jelaskan surat tersebut isinya peringatan tentang menjaga lingkungan. lalu saya bacakan dengan lantang dan intonasi yang tepat. Semua mendengarkan dengan takzim.

Setelah mendengar dengan hampir-hampir menahan nafas saya mulai menggunakan teknologi. Mulai menggunakan cara mengajar visual untuk mereka. saya mengaktifkan proyektor dan memutar video. D iluar dugaan saya, sepertinya Apersepsi yang saya lakukan sudah berhasil menarik perhatian para siswa dan ketika video di putar semua menyaksikan tanpa bicara. Sesekali menjerit melihat gambar-gambar yang ditampilkan. Dan merinding. Di dalam video juga ada tulisan yang hampir sama dengan surat dari 2070 tersebut.

Setelah video selesai di putar, semua menarik nafas lega.

“Seram sekali ya Mr, berarti kita tidak boleh buang-buang air teman-teman,” kata salah satu dari mereka.

“Putar lagi Mr, kami mau llihat anak yang tadi,” ujar yang lainnya.

Lalu saya mulai menjelaskan keseluruhan isi video dan surat. Meminta anak-anak untuk mengklasifikasikan apa saja perilaku menjaga terhadap lingkungan dan menuliskannya secara mind mapping di papan tulis.


Hasil yang Memuaskan

Setelah menonton, sebagaimana konsep pembelajaran tematik pada kurikulum 2013. Pelajaran dilanjutkan dengan masih menggunakan tema yang sama, yaitu menjaga lingkungan. konsep ini sangat baik untuk pembelajaran dan kenyamanan belajar siswa.

Maka pada pembelajaran selanjutnya yaitu Pendidikan Seni dan Budaya, saya meminta anak-anak membuat poster tentang menjaga lingkungan sebagaimana yang kini mereka tahu bahwa menjaga lingkungan itu sangat penting.

Alangkah takjubnya saya ketika melihat hasil karya mereka, gambar-gambar sederhana dari siswa kelas SD itu telah membuat saya belajar bahwa proses belajar yang kreatif dan inovatif membuat siswa belajar dengan lebih baik. istilah yang oleh Bobi de Porter disebut dengan Quantum Learning. Subhanallah…

Hasil gambar mereka di luar dugaan sangat baik. Bukan hanya pada estetika tapi juga pesan yang di sampaikan. Tanpa arahan apapun setiap anak menggambar sesuatu yang berbeda satu sama lain. Satu-satunya instruksi yang saya sebutkan adalah hanya “Silahkan menggambar apa saja yang berhubungan dengan menjaga lingkungan, bebas boleh gambar apa saja terserah,”

Hasilnya ada yang menggambar truk sampah lengkap dengan tukang bersih-bersih nya, ada orang yang sedang mencuci mobil, ada orang yang sedang membuang air minumnya lengkap dengan tulisan “Jangan membuang air”. ada yang membuat sekelompok tentara yang sedang menjaga sungai. Ketika saya minta menjelaskan maksud gambarnya, anak itu menjawab “Ini tentara yang sedang menjaga sungai tetap bersih, jadi kalau ada yang membuang sampah sembarangan bisa langsung ditangkap,” ujar Salwa. Siswa kelas 2 SD.

Ada pula yang membuat perbandingan. Di sisi kanan kertas ia gambar suasana yang asri, pohon yang lebat serta danau yang airnya biru, di sebelah kirinya ia buat pohon yang gundul dengan danau yang mongering. Subhanallah…..saya sampai speechless.

Itulah saya kira sebagian dari pengalaman saya mengajar dengan pemanfaatan teknologi dengan pertimbangan di mana siswa di zaman ini sebagai pengguna teknologi dan teknologi tersebut banyak mempengaruhi gaya belajar mereka. guru harus pandai-pandai memanfaatkan tekonologi untuk aktifitas belajar agar hasil yang tercapai juga melejit bahkan melebih apa yang di ekspektasikan.


Artikel ini diikut sertakan dalam lomba "Guru Blogger Inspiratif 2014" yang digelar oleh IndiTIK

Popular posts from this blog

Apa yang Dihasilkan Politik Kampus?

Bicara soal politik, rasanya ta k sedikit orang yang ingin terjun. Entah apa sebabnya, namun hal ini sudah menjadi rahasia umum. Meskipun persentase kemenangan kecil, tetap saja banyak calon legislatif yang rela mengeluarkan sedikit uang untuk kampanye. Tak hanya masyarakat, mahasiswa pun tak mau kalah dalam hal berpolitik. Politik masuk ke Universitas-Universitas. Spanduk bertebaran di gedung-gedung, mengajak masyarakat kampus untuk memilih dan mencoblos tuannya. Mahasiswa yang menilai dirinya sebagai aktifis cenderung terjun kedalam politik kampus. Dan berbondong-bondong mendirikan serta menjalankan partai politik mereka sendiri. Alasan yang dikemukakan tentunya alasan yang sama seperti yang kita dengar dari politikus-politikus handal di televisi. "Memperjuangkan aspirasi rakyat (dalam hal ini mahasiswa) ". 

Tak Ada Lagi Topi Kerucut dan Kalung Petai

Oleh: Nur Akmal IKUTI MPLS: Peserta didik baru SMK Negeri 1 Medan mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7). Seluruh peserta didik baru tak lagi memakai atribut berbau perploncoan sesuai arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaa (Foto : Nur Akmal) Hujan  sejak subuh masih menyisakan awan gelap dan udara yang dingin, namun tak menggoyahkan semangat siswa-siswa baru untuk hadir pada hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7). Pakaian mereka putih bersih, rapi dan tampak masih baru. Mereka berbaris rapi menantikan satu persatu aktivitas Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang tahun ini dikendalikan sepenuhnya oleh guru. "Selamat datang di SMK Negeri 1 Medan, dalam sesi ini kita akan membahas budaya dan tata terbit sekolah," demikian SJ Simamora, Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat dan Industri menyapa para peserta didik baru di lapangan SMK Negeri 1 Medan yang diberi tenda agar siswa tak terkena hujan.

Pagar Api dan Berita Titipan Media Massa

Jika dulu sering kita lihat dalam suatu scene sebuah film yang menampilkan gambar blur pada suatu merek dagang yang tanpa sengaja tertangkap kamera. Kini agaknya tak banyak lagi kita temui, malah secara terang-terangan pelbagai merek dagang terpampang jelas di hampir setiap scene film, bahkan merambah pada media massa seperti suratkabat. Iklan memang dibolehkan, tapi pagar api perlu diperhatikan.