Badan pusat
statistik pada Januari 2014 lalu menyebutkan, per September 2013 ada 28,55 juta
warga miskin di negeri ini. Bertambah 480.000 orang dibandingkan Maret 2013.
Angkat penggangguran mencapai 6,25 persen dari angkaran kerja. Sementara Data dari Bank Indonesia
menyebutkan jumlah wirausaha di Indonesia hanya 1,56 persen dari jumlah
penduduk atau kurang dari 5 juta orang.
Angka jumlah
penduduk yang berwirausaha tersebut jika dibandingkan dengan angka pada negara
maju atau bahkan negara tetangga saja ternyata masih minim. Padahal fakta
menunjukkan bahwa negara dengan jumlah pengusaha yang besar berbanding lurus
dengan kesejahteraan negara tersebut. Betapa tidak, semakin banyak warga yang berwirausaha
maka akan semakin sedikit kebutuhan akan lapangan pekerjaan, dan bahkan semakin
banyak pula yang menyediakan lapangan perkerjaan. Berbanding terbalik.
Persentasi
jumlah penduduk dan jumlah penduduk yang berwirausaha di Indonesia sendiri
masih belum mumpuni untuk disebut ideal, sebagaimana diungkapkan Gubernur Bank
Indonesia Agus DW Martowardojo, jumlah wirausaha di Indonesia masih kurang.
1,56 persen itu masih belum cukup. Karena idealnya harus mencapai 2 persen.
(Harian Kompas, Januari 2014)
Sejatinya peran
wirausaha sangat besar dalam menyumbang perekonomian di dalam negeri.
Wirausahawan bisa merekrut banyak orang dalam usahanya, sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran. Meskipun dari usaha kecil menengah yang dalam
proses produksinya hana membutukan 5 atau 10 orang, hal itu pun sudah sangat
berarti.
Namun demam
berwirausaha memang sudah melanda negeri ini, meski masih dinilai belum cukup,
namun dunia perekonomian Indonesia dalam hal wirausaha sudah menunjukkan adanya
peningkatan. Terlihat dari banyaknya pemuda yang mengikuti event kewirausahaan
yang diadakan oleh beberapa lembaga, seperti baru-baru ini melalui Bank Mandiri
misalnya yang menggelar “Wirausaha Muda Mandiri” yang diikuti oleh 6.725
peserta dari 561 perguruan tinggi hal ini jauh meningkat dibandingkan tahun
2012 yang diikuti 4.725 peserta.
Masih Berpikir Menjadi Pegawai
Banyak pemuda
yang memiliki ide-ide cemerlang untuk bergiat di dunia kewirausahaan, namun
tidak sedikit dari mereka yang hanya memendam ide-ide tersebut. Dan tidak
berani memulai untuk mewujudkannya. Ada banyak faktor yang menghambat seseorang
untuk berwirausaha, diantaranya modal yang besar sedang kemampuan untuk
melakukan peminjaman modal terbatas, takut keluar dari zona aman financial,
tidak punya teman sejiwa untuk melaksanakan ide-ide, tidak berani memulai, dan
masih banyak lagi. Padahal jika sudah memulai, tidak hanya memberikan dampak
pada diri sendiri namun juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negeri ini.
Selain itu
tidak sedikit pula pemuda yang masih memegang teguh konsep belajar yang rajin,
memperoleh nilai yang tinggi untuk kemudian mendapat pekerjaan. Ya, masih
banyak para mahasiswa yang setelah tamat kuliah langsung mencari pekerjaan di
perusahaan-perusahaan atau kantor dinas pemerintahan. Jarang ada yang berpikir
untuk membentuk perusahaan sendiri. dan ini pun mungkin karena berbagai hal. Misalnya
tuntutan orangtua yang masih berpikir bahwa tolak ukur kesuksesan dinilai dari
kantor lah satu-satunya tempat anaknya bekerja.
Jikalau pun ada
yang bekerja di perusahaan orang, alangkah baiknya kalau dijadikan batu
loncatan untuk mengumpulkan modal dan mencuri ilmu yang ujungnya akan digunakan
untuk perusahaan sendiri nantinya.
Diantara sekian
banyak penghambat gebrakan kewirausahaan adalah rasa takut untuk keluar dari
zona nyaman pegawai di mana setiap bulannya ada gaji tetap yang bisa dijadikan
pegangan. Sementara menjadi wirausahawan butuh keberanian lebih dengan ketidak
pastian pendapatan yang boleh jadi lebih kecil atau bahkan melimpah
diwaktu-waktu tertentu. Tidak semua orang punya keberanian untuk hal itu.
Belum lagi
tuntutan untuk menjalankan profesi sesuai dengan jalur pendidikan yang telah
ditempuh. Dan cibiran-cibiran masyarakat apabila sarjana tapi tidak bekerja.
Masih banyak masyarakat yang berpikir bahwa berwirausaha/wiraswasta bukan
sebuah pekerjaan, meskipun mereka tahu dengan berwiraswasta pendapatan yang
diperoleh bisa jauh lebih besar. Ini yang membuat sebagian pemuda malu untuk
memulai berdagang misalnya.
Penutup
Sebagai
penutup, jiwa kewirausahawan memang mutlak untuk dikembangkan terlebih pada
para pemuda melalui kegiatan atau event kewirausahawan, serta bantuan untuk
mengembangkan usaha yang lebih mudah hingga permodalan dan persediaan pasar
yang memadai. Modal memang penting, namum pemasaran produk para wirausahawan
juga perlu diperhatikan.
Dengan wilayah
yang sedemikian besar, negeri ini memang harus diisi para wirausahawan uang
tangguh dan punya komitmen yang kuat. Agar sejumlah bahan baku di negeri ini
bisa dioptimalkan menjadi barang produktif. Setidaknya tumbuh kembang jiwa
kewirausahawan ini mampu mengurangi ketergantungan pada ketersediaan lapangan
pekerjaan dan justru mampu menciptakan lapangan pekerjaan.
Penulis adalah Alumnus UMSU, Owner University Story Kaos