Persimpangan Jalan di Shiodome, Tokyo, Jepang |
Perjalanan yang melelahkan, untung saja pesawat yang digunakan sangat
besar dan dilengkapi dengan film-film yang menarik. Pemandangan yang disuguhkan
sepanjang perjalanan juga sangat indah, meski dilihat dari ketinggian puluhan
ribu kaki dari permukaan laut. Menjelang pagi, pramugari pesawat yang
kebanyakan orang Jepang mulai menawarkan minuman dan menu sarapan, meski warga
Jepang tapi mereka bisa berbahasa Indonesia, tidak tahu pasti apakah lancar
atau hanya beberapa kalimat umum saja.
Ada dua menu sarapan yang ditawarkan, menu ala western dan Jepang. Saya tidak ingat menunya apa, yang jelas semacam telur dadar dan roti-rotian untuk western. Tapi tentu saya pilih menu ala Jepang, ah, hitung-hitung sebagai pembuka atmosfer perjalanan saya di negeri sakura itu. Saya sudah berada di laut wilayah Jepang. Sebentar lagi akan tiba.
Sarapan ala Jepang yang di sajikan yaitu nasi dengan daging orek dan
telur orek, mie yang terbuat dari kacang-kacangan dengan miso soup, kuah yang
selalu ada di menu main dish Jepang, yogurt dan teh panas. Ah, menu pertama
Jepang saya tidak begitu wah, sulit diterima lidah dan perut untuk daging
oreknya, tapi fine dengan nasi dan telur. Juga mie berwarna ungunya dengan kuah
soup yang tak jauh beda dari soup Indonesia (awalnya saya kira begitu). Tapi
tidak dengan kecapnya, asin sekali. Seharusnya kecap itu untuk mie, soup
dimakan sendiri, tapi karena tidak cocok di lidah akhirnya saya campurkan soup
dengan mienya. (saja tidak tahu pasti nama-nama makanannya). Hehe
Setelah sarapan terdengar suara pilot memberitahukan bahwa sebentar lagi
pesawat akan mendarat. Saya langsung deg-deg’an. Pengalaman pertama saya ke
luar negeri sekaligus ke Jepang, negara yang saya sangat idam-idamkan akan
segera di mulai. Jadi atas sudah terlihat landasan bandara Narita yang berada
di tengah laut. Sugoii…. Lalu saya mengulangi bersyukur dengan lisan yang
pelan, alhamdulilah, subhanallah. Euh, rasanya benar-benar mengharukan. That is
one of my dream… Thanks God, Thanks Allah.
Tiba di bandara yang sangat luas sekali, ada tulisan Narita
International Airport, beragam papan informasi ditulis dengan aksara Jepang dan
inggris. Ya Allah, saya benar-benar bahagia melihatnya. Setelah mengikuti
serangkaian pemeriksaan dan urusan imigrasi saya dan rombongan pun menunggu di
bandara. Yang pertama kali menarik perhatian saya adalah tempat minum umum yang
jika ditekan kerannya air minum akan keluar ke atas dan kita tinggal
mengarahkan mulut. Ini persis seperti yang saya lihat di anime-anime. Masya
Allah…
Di Bandara juga ada fasilitas internet, tapi berbayar. Semuanya tampak
bersih, rapi dan teratur. Apalagi waktu itu masih pagi, pesawat pertama
barangkali, jadi tidak terlalu ramai. Atau mungkin karena bandaranya yang
sangat luas.
Keluar dari Bandara
menujur Shiodome, distrik tempat saya menginap, saya dan rombongan menggunakan
kereta. Ah, kereta pertama saya di Jepang. Tidak ramai juga. Kami masih dapat
tempat duduk. Beberapa orang berjas dan berdasi, sebagian lagi pemuda dengan
style ala Jepang. Mereka tak banyak yang mengobrol, sibuk dengan urusan
masing-masing. Membaca koran, buku atau bermain HP, ada pula yang menonton
anime. Persis seperti apa yang saya tonton di anime-anime. Heheh
Aura Jepang benar-benar terasa memenuhi dada. Kebahagian bisa mengunjungi
negara impian saya ini, negara yang setiap hari saya lihat dari scene-scene
anime dan film-film Jepang. Sampai di Shiodome di stasiun bawah tanah, baru
tampak ramainya kota Tokyo. Ratusan orang lalu lalang di stasiun bawah tanak
Shiodome, semuanya berjalan cepat, terasa sekali jam sibuknya.
Dari bawah saya naik ke atas, di situ lah pertama kali tampak Kota Tokyo
yang luar biasa, saya bingung karena konsep kotanya yang bertingkat-tingkat.
Gedung-gedung tinggi menjulang, bahkan di ada pula orang lalu lalang di antara
dua-tiga gedung. Itu kawasan perhotelan. Satu hotel ke hotel lain terhubung
dengan skycross yang besar sekali.
Kuil Karasumori, arsitektur khas tradisional Jepang |
Sesampainya di Hotel Villa Fountain sekitar pukul 10.00 waktu Jepang,
tidak bisa langsung check in, karena alasan tertentu. Jadi saya hanya
menitipkan barang. Lalu berjalan-jalan di sekitar Shiodome, Minato. Jalan kaki
tentu saja. Kebanyakan warga Jepang ke mana-mana dengan berjalan kaki kalau
tidak terlalu jauh, kalau jauh dan harus cepat naik kereta, atau taksi.
Pertama kali saya berkunjung ke distrik perkotaan Shiodome, beragam
pusat perbelanjaan dengan merk merk ternama berjejer di Ginza. Kotanya ramai
sekali, namun tertib. Tentu tak ketinggalan berfoto ria, untuk dokumentasi.
Hehe. Lalu saya menyinggahi Kuil Karasumori, masih di Shiodome. Tak banyak yang
saya tahu tentang kuil itu, karena hanya melintas dan melihat-lihat sebentar.
Yakult Honsha di Tokyo, Kantor Pusat Yakult. Ditampilkan beragam botol Yakult dari berbagai negara. Setiap botol ditekan akan menunjukkan peta negaranya juga iklan di layar sebelahnya. |
Lanjut berjalan ke Yakult Honsha, kantor pusat Yakult di Jepang. Dekat
dari hotel. Saya dan rombongan kesana karena memang Yakult yang mengundang saya
ke Jepang. Karena belum jadwalnya berkunjung jadi tidak terlalu banyak
berkeliling. Hanya di sekitar lobby, dan melihat-lihat saja. Sambil menunggu makan siang.
Makan Siang di lantai 47
Nah akhirnya tiba waktunya makan siang, ini menarik karena ini makan pertama
saya di Jepang. Dan lebih menarik lagi karena diajak makan siang di restoran
mewah yang berada di lantai 47 di salah satu gedung di Shiodome. Dari situ bisa
dilihat kota Tokyo, dan arah jendelanya langsung menghadap ke laut. Pemandangan
yang mengharukan.
Restoran ala Jepang yang terletak di lantai 47 di salah satu gedung pencakar langit Kota Tokyo |
Restorannya pun bukan restoran modern, tapi kental khas Jepang, dengan
duduk lesehan, biasanya bersila atau berlutut. Di tengah-tengah meja ada tempat
memanggang dan ceret model lama. Barang kali di situ bisa untuk makan yakiniku
atau daging panggang. Tapi hari ini menu yang saya makan adalah ikan, walau
bukan sushi karena masih di goreng. Menunya nasi, ika, tahu, miso soup,
manisan, dan sayuran. Tak ada sambal basah, yang ada sambal kering yang saya
tak tahu bagaimana makannya.
Miso soupnya, tak bisa
saya makan. tidak sama seperti yang di pesawat tadi. Aromanya sangat tidak bisa
diterima hidung saya. Untungnya nasi dan menu lainnya masih bisa saya makan.
Masih terasa nikmat. Alhamdulilah, saya bisa makan masakan Jepang asli.
Menu makan siang yang khas Jepang. Ini menu utama makanan Jepang. Nasi dan Miso Soup merupakan menu wajib yang selalu ada setiap makan |
Setelah makan siang, barunya kembali ke hotel untuk check in dan
istirahat. Sudah dua hari tidak mandi. Dan belum istirahat sejak tiba di
Jepang. Lelah pasti namun sangat menyenangkan di hari pertama. Tentu hari
berikutnya akan lebih menyenangkan.
Sampainya di hotel, panasnya cuaca di luar langsung berganti sejuk.
Kamar yang sangat nyaman dengan ruangan yang luas untuk saya sendiri. langsung
saja mencoba tempat tidur yang empuk, menyalakan televisi untuk melihat acara
TV di Jepang. Sedikit melompati cerita, di TV Jepang, jika sudah diatas pukul
10 malam banyak acara TV yang vulgar, menampilkan model-model berbikini, bahkan
menayangkan adegan mandi di onsen atau pemandian air panas. Anime juga
ditayangkan pada malam hari, sesuai rating. Tidak seperti di Indonesia yang
semua anime dianggap untuk anak-anak. Ada anime yang tayang pukul 12 malam,
padahal menurut saya bukan anime yang sedikit ‘nakal’.
Sebelum tidur, tentu saya mandi terlebih dahulu, awalnya saya tidak tahu
cara menggunakan toilet di Jepang. Nanti akan saya ceritakan cerita lucu
tentang toilet di Jepang. Saya mandi dengan air hangat di bath tube. Nyaman
sekali setelah perjalanan panjang dari Indonesia ke Jepang. Setelah itu
langsung tertidur. Ah, bahkan tidur pertama di negeri sakura itu pun berkesan
sekali.