Skip to main content

Spring in Tokyo : First Day

Persimpangan Jalan di Shiodome, Tokyo, Jepang
PERJALANAN udara dari Indonesia ke Jepang atau dari Bandara Soekarno Hatta ke Narita Airport Tokyo memakan waktu 7 jam perjananan. Saya berangkat pukul 23.30 WIB dengan pesawat Garuda dan tidak lama setelah take off langsung tertidur. Dan terbangun pukul 4.00 subuh waktu Indonesia, tapi saya tidak tahu pasti sudah di mana, yang jelas karena perbedaan waktu di luar jendela sudah sangat terang, tidak seperti pukul 4.00 subuh waktu Indonesia. Jam tangan saya masih menunjukkan pukul 4.00, sengaja tidak saya ubah ke waktu Jepang.
Perjalanan yang melelahkan, untung saja pesawat yang digunakan sangat besar dan dilengkapi dengan film-film yang menarik. Pemandangan yang disuguhkan sepanjang perjalanan juga sangat indah, meski dilihat dari ketinggian puluhan ribu kaki dari permukaan laut. Menjelang pagi, pramugari pesawat yang kebanyakan orang Jepang mulai menawarkan minuman dan menu sarapan, meski warga Jepang tapi mereka bisa berbahasa Indonesia, tidak tahu pasti apakah lancar atau hanya beberapa kalimat umum saja.

Ada dua menu sarapan yang ditawarkan, menu ala western dan Jepang. Saya tidak ingat menunya apa, yang jelas semacam telur dadar dan roti-rotian untuk western. Tapi tentu saya pilih menu ala Jepang, ah, hitung-hitung sebagai pembuka atmosfer perjalanan saya di negeri sakura itu. Saya sudah berada di laut wilayah Jepang. Sebentar lagi akan tiba.

Sarapan ala Jepang yang di sajikan yaitu nasi dengan daging orek dan telur orek, mie yang terbuat dari kacang-kacangan dengan miso soup, kuah yang selalu ada di menu main dish Jepang, yogurt dan teh panas. Ah, menu pertama Jepang saya tidak begitu wah, sulit diterima lidah dan perut untuk daging oreknya, tapi fine dengan nasi dan telur. Juga mie berwarna ungunya dengan kuah soup yang tak jauh beda dari soup Indonesia (awalnya saya kira begitu). Tapi tidak dengan kecapnya, asin sekali. Seharusnya kecap itu untuk mie, soup dimakan sendiri, tapi karena tidak cocok di lidah akhirnya saya campurkan soup dengan mienya. (saja tidak tahu pasti nama-nama makanannya). Hehe
Jam raksasa di tengah Gedung. Monumen pertama yang menarik perhatian saya di Tokyo.
Itu bukan di tepi jalan, tadi di Skycross di antara beberapa gedung. Jam itu pada waktu-waktu
tertentu akan menunjukkan atraksi dan memainkan musik yang menarik perhatian pengunjung.
Setelah sarapan terdengar suara pilot memberitahukan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat. Saya langsung deg-deg’an. Pengalaman pertama saya ke luar negeri sekaligus ke Jepang, negara yang saya sangat idam-idamkan akan segera di mulai. Jadi atas sudah terlihat landasan bandara Narita yang berada di tengah laut. Sugoii…. Lalu saya mengulangi bersyukur dengan lisan yang pelan, alhamdulilah, subhanallah. Euh, rasanya benar-benar mengharukan. That is one of my dream… Thanks God, Thanks Allah.
Tiba di bandara yang sangat luas sekali, ada tulisan Narita International Airport, beragam papan informasi ditulis dengan aksara Jepang dan inggris. Ya Allah, saya benar-benar bahagia melihatnya. Setelah mengikuti serangkaian pemeriksaan dan urusan imigrasi saya dan rombongan pun menunggu di bandara. Yang pertama kali menarik perhatian saya adalah tempat minum umum yang jika ditekan kerannya air minum akan keluar ke atas dan kita tinggal mengarahkan mulut. Ini persis seperti yang saya lihat di anime-anime. Masya Allah…
Di Bandara juga ada fasilitas internet, tapi berbayar. Semuanya tampak bersih, rapi dan teratur. Apalagi waktu itu masih pagi, pesawat pertama barangkali, jadi tidak terlalu ramai. Atau mungkin karena bandaranya yang sangat luas.
Keluar dari Bandara menujur Shiodome, distrik tempat saya menginap, saya dan rombongan menggunakan kereta. Ah, kereta pertama saya di Jepang. Tidak ramai juga. Kami masih dapat tempat duduk. Beberapa orang berjas dan berdasi, sebagian lagi pemuda dengan style ala Jepang. Mereka tak banyak yang mengobrol, sibuk dengan urusan masing-masing. Membaca koran, buku atau bermain HP, ada pula yang menonton anime. Persis seperti apa yang saya tonton di anime-anime. Heheh
Aura Jepang benar-benar terasa memenuhi dada. Kebahagian bisa mengunjungi negara impian saya ini, negara yang setiap hari saya lihat dari scene-scene anime dan film-film Jepang. Sampai di Shiodome di stasiun bawah tanah, baru tampak ramainya kota Tokyo. Ratusan orang lalu lalang di stasiun bawah tanak Shiodome, semuanya berjalan cepat, terasa sekali jam sibuknya.
Dari bawah saya naik ke atas, di situ lah pertama kali tampak Kota Tokyo yang luar biasa, saya bingung karena konsep kotanya yang bertingkat-tingkat. Gedung-gedung tinggi menjulang, bahkan di ada pula orang lalu lalang di antara dua-tiga gedung. Itu kawasan perhotelan. Satu hotel ke hotel lain terhubung dengan skycross yang besar sekali.
Kuil Karasumori, arsitektur khas tradisional Jepang
Sesampainya di Hotel Villa Fountain sekitar pukul 10.00 waktu Jepang, tidak bisa langsung check in, karena alasan tertentu. Jadi saya hanya menitipkan barang. Lalu berjalan-jalan di sekitar Shiodome, Minato. Jalan kaki tentu saja. Kebanyakan warga Jepang ke mana-mana dengan berjalan kaki kalau tidak terlalu jauh, kalau jauh dan harus cepat naik kereta, atau taksi.
Pertama kali saya berkunjung ke distrik perkotaan Shiodome, beragam pusat perbelanjaan dengan merk merk ternama berjejer di Ginza. Kotanya ramai sekali, namun tertib. Tentu tak ketinggalan berfoto ria, untuk dokumentasi. Hehe. Lalu saya menyinggahi Kuil Karasumori, masih di Shiodome. Tak banyak yang saya tahu tentang kuil itu, karena hanya melintas dan melihat-lihat sebentar.
Yakult Honsha di Tokyo, Kantor Pusat Yakult. Ditampilkan beragam
botol Yakult dari berbagai negara. Setiap botol ditekan akan menunjukkan
peta negaranya juga iklan di layar sebelahnya. 
Lanjut berjalan ke Yakult Honsha, kantor pusat Yakult di Jepang. Dekat dari hotel. Saya dan rombongan kesana karena memang Yakult yang mengundang saya ke Jepang. Karena belum jadwalnya berkunjung jadi tidak terlalu banyak berkeliling. Hanya di sekitar lobby, dan melihat-lihat saja.  Sambil menunggu makan siang.
Makan Siang di lantai 47
Nah akhirnya tiba waktunya makan siang, ini menarik karena ini makan pertama saya di Jepang. Dan lebih menarik lagi karena diajak makan siang di restoran mewah yang berada di lantai 47 di salah satu gedung di Shiodome. Dari situ bisa dilihat kota Tokyo, dan arah jendelanya langsung menghadap ke laut. Pemandangan yang mengharukan.
Restoran ala Jepang yang terletak di lantai 47 di salah satu gedung
pencakar langit Kota Tokyo
Restorannya pun bukan restoran modern, tapi kental khas Jepang, dengan duduk lesehan, biasanya bersila atau berlutut. Di tengah-tengah meja ada tempat memanggang dan ceret model lama. Barang kali di situ bisa untuk makan yakiniku atau daging panggang. Tapi hari ini menu yang saya makan adalah ikan, walau bukan sushi karena masih di goreng. Menunya nasi, ika, tahu, miso soup, manisan, dan sayuran. Tak ada sambal basah, yang ada sambal kering yang saya tak tahu bagaimana makannya.
Miso soupnya, tak bisa saya makan. tidak sama seperti yang di pesawat tadi. Aromanya sangat tidak bisa diterima hidung saya. Untungnya nasi dan menu lainnya masih bisa saya makan. Masih terasa nikmat. Alhamdulilah, saya bisa makan masakan Jepang asli.
Menu makan siang yang khas Jepang. Ini menu utama makanan Jepang. Nasi dan Miso Soup merupakan
menu wajib yang selalu ada setiap makan
Setelah makan siang, barunya kembali ke hotel untuk check in dan istirahat. Sudah dua hari tidak mandi. Dan belum istirahat sejak tiba di Jepang. Lelah pasti namun sangat menyenangkan di hari pertama. Tentu hari berikutnya akan lebih menyenangkan.
Sampainya di hotel, panasnya cuaca di luar langsung berganti sejuk. Kamar yang sangat nyaman dengan ruangan yang luas untuk saya sendiri. langsung saja mencoba tempat tidur yang empuk, menyalakan televisi untuk melihat acara TV di Jepang. Sedikit melompati cerita, di TV Jepang, jika sudah diatas pukul 10 malam banyak acara TV yang vulgar, menampilkan model-model berbikini, bahkan menayangkan adegan mandi di onsen atau pemandian air panas. Anime juga ditayangkan pada malam hari, sesuai rating. Tidak seperti di Indonesia yang semua anime dianggap untuk anak-anak. Ada anime yang tayang pukul 12 malam, padahal menurut saya bukan anime yang sedikit ‘nakal’.

Sebelum tidur, tentu saya mandi terlebih dahulu, awalnya saya tidak tahu cara menggunakan toilet di Jepang. Nanti akan saya ceritakan cerita lucu tentang toilet di Jepang. Saya mandi dengan air hangat di bath tube. Nyaman sekali setelah perjalanan panjang dari Indonesia ke Jepang. Setelah itu langsung tertidur. Ah, bahkan tidur pertama di negeri sakura itu pun berkesan sekali. 

Popular posts from this blog

Apa yang Dihasilkan Politik Kampus?

Bicara soal politik, rasanya ta k sedikit orang yang ingin terjun. Entah apa sebabnya, namun hal ini sudah menjadi rahasia umum. Meskipun persentase kemenangan kecil, tetap saja banyak calon legislatif yang rela mengeluarkan sedikit uang untuk kampanye. Tak hanya masyarakat, mahasiswa pun tak mau kalah dalam hal berpolitik. Politik masuk ke Universitas-Universitas. Spanduk bertebaran di gedung-gedung, mengajak masyarakat kampus untuk memilih dan mencoblos tuannya. Mahasiswa yang menilai dirinya sebagai aktifis cenderung terjun kedalam politik kampus. Dan berbondong-bondong mendirikan serta menjalankan partai politik mereka sendiri. Alasan yang dikemukakan tentunya alasan yang sama seperti yang kita dengar dari politikus-politikus handal di televisi. "Memperjuangkan aspirasi rakyat (dalam hal ini mahasiswa) ". 

Tak Ada Lagi Topi Kerucut dan Kalung Petai

Oleh: Nur Akmal IKUTI MPLS: Peserta didik baru SMK Negeri 1 Medan mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7). Seluruh peserta didik baru tak lagi memakai atribut berbau perploncoan sesuai arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaa (Foto : Nur Akmal) Hujan  sejak subuh masih menyisakan awan gelap dan udara yang dingin, namun tak menggoyahkan semangat siswa-siswa baru untuk hadir pada hari pertama masuk sekolah, Senin (18/7). Pakaian mereka putih bersih, rapi dan tampak masih baru. Mereka berbaris rapi menantikan satu persatu aktivitas Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang tahun ini dikendalikan sepenuhnya oleh guru. "Selamat datang di SMK Negeri 1 Medan, dalam sesi ini kita akan membahas budaya dan tata terbit sekolah," demikian SJ Simamora, Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat dan Industri menyapa para peserta didik baru di lapangan SMK Negeri 1 Medan yang diberi tenda agar siswa tak terkena hujan.

Pagar Api dan Berita Titipan Media Massa

Jika dulu sering kita lihat dalam suatu scene sebuah film yang menampilkan gambar blur pada suatu merek dagang yang tanpa sengaja tertangkap kamera. Kini agaknya tak banyak lagi kita temui, malah secara terang-terangan pelbagai merek dagang terpampang jelas di hampir setiap scene film, bahkan merambah pada media massa seperti suratkabat. Iklan memang dibolehkan, tapi pagar api perlu diperhatikan.